REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2015 tercatat deflasi 0,36 persen. Hal itu dipengaruhi oleh turunnya harga bahan makanan dan rendahnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Harga bahan pangan seperti cabai dan bawang tercatat rendah pada Februari, kecuali harga beras," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Senin (2/3).
Sasmito menjelaskan komoditas penyumbang deflasi pada Februari adalah cabai merah, bensin, cabai rawit, tarif angkutan dalam kota, daging ayam ras dan telur ayam ras. Kemudian semen, solar, tomat sayur, cabai hijau dan bawang merah.
"Cabai merah harganya turun karena pasokan berlimpah dan distribusinya lancar, sedangkan harga bensin dipengaruhi turunnya harga minyak internasional dan kebijakan pemerintah terkait BBM," katanya.
Sementara, komoditas yang menyumbang inflasi adalah beras, tarif listrik, tarif angkutan udara, tarif sewa rumah, emas perhiasan, rokok kretek filter, mobil, upah tukang bukan mandor, tarif kontrak rumah dan nasi dengan lauk.
Dengan adanya deflasi Februari, lanjut dia, maka sepanjang tahun kalender Januari-Februari 2015 masih tercatat deflasi 0,61 persen, karena pada Januari juga tercatat deflasi sebesar 0,24 persen. "Ini jarang terjadi, karena biasanya tren awal tahun Januari dan Februari mengalami inflasi," kata Sasmito.
Dari sisi kelompok pengeluaran, kelompok bahan makanan menyumbang deflasi 1,47 persen. Selain itu diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat deflasi 1,53 persen pada Februari 2015.
Namun, kelompok lainnya masih menyumbang inflasi antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,45 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,41 persen dan kelompok sandang 0,52 persen.
"Selain itu, kelompok kesehatan juga menyumbang inflasi 0,39 persen pada Februari diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,14 persen," tambah Sasmito.
BPS juga mencatat laju inflasi tahunan (yoy) masih tinggi meskipun terus mengalami penurunan yaitu sebesar 6,29 persen serta inflasi komponen inti pada Februari 0,34 persen dan inflasi inti secara tahunan (yoy) 4,96 persen.
Dari 82 kota IHK, sebanyak 70 kota mengalami deflasi dan hanya 12 kota menyumbang inflasi pada Februari. Deflasi tertinggi terjadi di Bukit Tinggi sebesar 2,35 persen dan terendah di Jayapura 0,04 persen.
"Sedangkan, inflasi tertinggi terjadi di Tual yaitu mencapai 3,2 persen, karena harga ikan disana mengalami kenaikan tajam," ujar Sasmito.