REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Presiden Myanmar, Thein Sein melakukan pertemuan pada Senin (2/3) dengan pemimpin oposisi Aun San Suu Kyi.
Pertemuan tersebut dilakukan untuk membahas perubahan konstitusi dan pemilihan umum pertama di bawah sistem demokrasi baru negara tersebut.
Pertemuan tersebut adalah kali kelima yang dilakukan antara kedua belah pihak sejak pemenang nobel itu keluar dari tahanan rumah pada tahun 2010.
"Mereka mendiskusikan terkait amandemen konstitusi dan bagaimana cara agar pemilihan umum yang bebas dan adil," kata juru bicara presiden dan informasi Menteri Ye Htut pada halaman Facebooknya, Senin (2/3), dikutip dari voa.
Thein Sein menyetujui undang-undang referendum konstitusi bulan lalu setelah tekanan domestik dan internasional untuk mereformasi sistem politik lama yang didukung militer.
Sebelumnya selama 49 tahun Myanmar berada di bawah kekuasaan militer hingga membuat negara itu menjadi salah satu negara tertinggal di Asia Tenggara.