REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim kemarau akan jatuh pada Juli hingga September tahun ini. Prakiraan ini menyimpulkan bahwa musim kemarau tahun ini akan berlangsung normal. Kepala BMKG Andi Eka Sakya menyebutkan, berdasarkan prakiraan maka musim kemarau tahun ini tidak akan mengganggu musim panen. "Selama prakiraan normal, maka musim tanam normal," ujarnya, Rabu (4/3).
Andi menyebut bahwa 85 persen wilayah di Indoensia sudah memasuki musim kemarau pada Juni mendatang. Angka ini adalah akumulasi sejak bulan April (29,8 persen wilayah), Mei (28,9 perse wilayah), dan Juni (24,6 persen wilayah). "Artinya di seluruh wilayah 85 persennya paling tidak curah hujan sudah kurang dari 150 mm per bulan. Lalu kita perlu melihat gambarannya pada sifat hujan. Jadi ada 16,1 persen itu di bawah normal. 20 persen sisanya akan ada daerah yang kemarau tapi basah," ujar Andi.
Tahun ini, lanjut Andi, belum ada indikasi adanya El Nino atau kelebihan parah seperti pada 1998 lalu. Andi menyebut, meski demikian, BMKG masih menemukan adanya beberapa titik api, salah satunya adalah di Jambi. "Titik api ini setiap hari berubah ubah," lanjutnya.