REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Jembatan Kahayan sebagai salah satu lambang ibu kota provinsi Kalimantan Tengah harus menjadi "icon" wisata di Palangka Raya, kata Ketua DPRD Sigit K Yunianto.
"Jembatan Kahayan itu icon kota kita lho. Jadi harus bisa dikelola secara baik sehingga menambah daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke daerah ini," kata Ketua DPRD Kota, Sigit K yunianto, di Palangka Raya, Rabu (4/3).
Pemerintah harus lebih serius mengelola setiap potensi wisata seperti jembatan Kahayan itu, sehingga fungsinya bukan hanya sebagai sarana penyeberangan tapi bermanfaat bagi masyarakat dan wisatawan.
"Jembatan Kahayan sebagai icon jangan hanya sebagai sarana penyeberangan, tapi perlu diberdayakan menjadi objek wisata menarik masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke daerah ini, di samping dapat menambah penerimaan asli daerah (PAD)," katanya.
Sigit mengatakan, tanah di sekitar jembatan itu harus dimiliki pemerintah daerah. Untuk itu pemda harus segera membebaskan lahan tersebut dari tangan masyarakat.
"Jika sudah ditangani pemerintah selanjutnya dibangun fasilitas bernuansa budaya yang kemudian dapat dimanfaatkan (disewakan) kepada masyarakat untuk menjual aneka kerajinan tangan," katanya.
Ia mengatakan konsep pembangunannya bisa seperti Jembatan Ampera di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Para pedagang menjual aneka jenis produk lokal semacam aksesoris, kerajinan, makanan khas daerah.
"Pedagangnya kita ambil yang di Yos Sudarso saja, pedagang di sana kan rencananya mau di relokasi. Jadi semua berkaitan. Mengembangkan potensi wisata, penataan kota dan relokasi," katanya.
Jembatan Kahayan memiliki panjang 640 meter dan lebar 9 meter dengan bentang busur berwarna merah sepanjang 150 m dan tinggi 36 m. Jembatan itu dibangun tepat di atas jalur pelayaran Sungai Kahayan.
Icon "Kota Cantik" itu menghubungkan Kota Palangka Raya dengan empat kabupaten yaitu Kabupaten Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara dan Murung Raya.