REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kementerian Sosial Republik Indonesia akan menyelidiki penyebab meninggalnya sebelas orang rimba Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) di Kabupaten Sarolangun-Batanghari, Jambi, yang diduga kelaparan.
Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, Sarifudin, ketika dihubungi, Rabu, mengatakan Kementerian Sosial akan segera menindaklanjuti temuan KKI WARSI tersebut.
''Misi mereka (Kemensos) melakukan investigasi informasi pemberitaan sebelas orang rimba atau warga suku anak dalam yang meninggal akibat kurang asupan pangan dan air bersih yang dirilis WARSI," kata Sarifudin.
Tim akan dipimpin oleh Kasubdit Kerjasama Kelembagaan Evaluasi dan Pelaporan Kemensos RI Dr. Laude Taupik yang akan terlebih dahulu berdiskusi dengan Pemprov Jambi dan dinas serta lembaga terkait sebelum mengunjungi lokasi pemukiman orang rimba.
Lokasi kunjungan direncanakan di Kecamatan Pauh, namun Sarifudin mengaku ada kemungkinan rombongan orang rimba yang dimaksud sedang "melangun" (berpindah) ke Kabupaten Batanghari.
''Rencannya perwakilan Kemensos ke Pauh, tapi warga itu sedang 'melangun' sekitaran Jeluteh Durian Luncuk, mungkin jadwalnya akan disusun lagi,'' ujarnya.
Fasilitator Kesehatan KKI Warsi, Yomi Rivandi, membenarkan bahwa perwakilan Kemensos akan mengkaji kematian beruntun akibat kekurangan pangan yang dialami orang rimba di Jambi. Dia mengatakan perwakilan Kemensos selama di Jambi nantinya juga mengajak KKI WARSI berdiskusi.
Sementara Sekda Provinsi Jambi, Ridham Priskap, mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab meninggalnya orang rimba di TNBD itu. Namun jika benar akibat kekurangn pangan, Ridham mengatakan akan secepatnya berkoordinasi dengan Kabupaten untuk menyuplai makanan dan air bersih.
Seperti pemberitaan sebelumnya, sebelas orang rimba di Jambi meninggal secara beruntun karena mereka kesulitan mendapatkan pangan yang layak dan air bersih.
Kematian beruntun itu menyerang tiga kelompok orang rimba di bagian timur Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Kabupaten Sarolangun-Batanghari, yakni kelompok yang dipimpin Tumenggung Marituha, Tumenggung Ngamal dan Tumenggung Nyenong.
"Mereka saat ini tengah dihantui kematian beruntun yang menyerang sejumlah orang di kelompok ini. Tercatat sudah 11 orang yang meninggal dalam waktu beberapa bulan terakhir. Dari 150 jiwa yang ada di tiga kelompok ini, kematian beruntun paling banyak terjadi pada Januari dan Februari dengan enam kasus kematian, yaitu empat anak-anak dan dua orang dewasa," kata Fasilitator Kesehatan KKI WARSI, Yomi Rivandi, dalam rilis WARSI yang diterima Antara, Senin (2/3).