REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat memperingatkan agar operasi merebut kembali kota Tikrit dari ISIS tidak berubah menjadi peperangan antarsekte.
"Hal ini penting dan Perdana Menteri Haidar al Abadi memperlihatkan operasi ini tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk balas dendam," ujar juru bicara Gedung Putih Josh Earnest, dilansir dari Al Arabiya, Kamis (5/3).
Menurut dia, ini akan merusak struktur negara dan melemahkan rakyat Irak menghadapi ancaman. Pasukan Amerika Serikat tidak terlibat dalam operasi yang dilakukan oleh aliansi pasukan militer Irak dan relawan Iran. Earnest mengakui pasukan Iran juga ikut membantu operasi ini.
Sedangkan AS sebelumnya telah berjanji tidak akan berkoordinasi secara militer dengan Iran. Ikut sertanya militan Syiah membuat khawatir mayoritas Sunni yang bisa menjadi ajang balas dendam terhadap serangan sebelumnya.
Menurut Earnest masuknya beberapa pasukan Iran tidak mengubah prioritas operasi ini untuk kepentingan warga Irak secara umum. Setelah Tikrit pasukan Irak akan memimpin serangan ke Mosul pada waktu yang tepat.
Koalisi yang dipimpin AS belum berperan dalam pertempuran di Tikrit melawan ISIS. Menteri Pertahanan Irak Khaled al Obeidi mengatakan pemerintah akan memutuskan waktu dan skala serangan merebut kembali Mosul setelah para pejabat AS mengirim sinyal serangan. Proses pembebasan akan murni dilakukan oleh Irak, begitu juga dalam menetapkan kekuataan pasukan, waktu, senjata dan peralatan yang digunakan.