REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menilai, kenaikan harga beras di daerah tersebut tidak masuk akal, mengingat stok beras dalam keadaan surplus dan pedagang tidak kekurangan pasokan.
"Harga beras terus naik sementara di beberapa daerah sekarang sedang musim panen. Kenaikan ini menurut saya tidak rasional. Ada permainan dari oknum tertentu yang menyebabkan harga dipasaran terus naik," tukasnya, Jumat (6/3).
Ia mengaku telah mengecek pasokan beras di tingkat pedagang dan stok beras di gudang Bulog, serta meminta informasi dari sejumlah petani saat melakukan panen raya. Hasilnya, kata dia, semua pihak tersebut menyatakan tak ada masalah dengan pasokan beras.
Dia menguraikan, data dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi menyebutkan, total produksi padi se-Provinsi Gorontalo tahun 2014 mencapai 314.703 ton atau setara dengan 176.936 ton beras.
Di sisi lain total konsumsi warga di tahun yang sama hanya sebesar 93.947 Ton.
Terlebih lagi, lanjutnya, Februari hingga April 2015 ada empat daerah yang sedang melaksanakan panen raya yakni Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo, sebagaian Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. "Menurut saya, ini juga disebabkan oleh pemberitaan kenaikan harga di berbagai daerah. Akhirnya para spekulan dan oknum pedagang menaikkan harga secara sepihak," imbuhnya.
Ia menambahkan, respon masyarakat terhadap beras Bulog di Gorontalo lebih rendah dibandingkan daerah lain karena menurunnya kepercayaan masyarakat. "Mungkin di daerah lain berasnya ada yang berkutu dan kuning, namun di Gorontalo sepanjang pengamatan kami sangat layak dikonsumsi," katanya.
Selain intensif menggelar operasi pasar, gubernur berharap masyarakat bisa menyikapi mahalnya harga beras dengan mengurangi konsumsi nasi serta menggantinya dengan sumber karbohidrat lainnya.