REPUBLIKA.CO.ID, ANTARTIKA -- Para ilmuwan di Australia dan China memiliki pemahaman baru tentang bagaimana perubahan iklim dan pemanasan laut menenggelamkan lapisan es Antartika.
Lapisan es itu mencair lebih cepat dari perkiraan dan mencair dari bawah, semakin sering meruntuhkan gunung es.
Rupert Gladstone dari Institut Kelautan dan Studi Antartika (IMAS) mengatakan, tim peneliti dari China dan Tasmania telah memantau proses pelepasan es, ketika lapisan es terbelah dan meruntuhkan es.
"Tingkat pelepasan gunung es jauh lebih cepat pada lapisan es yang terpengaruh oleh laut yang mencair ini, daripada yang kami perkirakan sebelumnya," sebutnya.
"Apa yang kami lakukan itu berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya dan sudah benar-benar dipantau – dengan susah payah, melalui ribuan gambar satelit - perubahan yang sebenarnya dari posisi depan es," jelasnya.
Tas van Ommen dari Divisi Antartika Australia (AAD) mengatakan, fokusnya diletakkan pada lapisan es yang lebih kecil, yang menipis lebih cepat.
"Lapisan es yang sudah menipis ini sebenarnya menjadi rentan terhadap air hangat yang mencair di bawahnya," ujarnya baru-baru ini.
Gunung es diukur dalam satuan gigaton, 1.000 juta ton es.
"Jika Anda ingin membayangkan itu sebagai es batu, itu adalah es batu sepanjang satu kilometer di setiap arah," jelas Dr Rupert.
Lapisan es yang lebih tipis kehilangan 300 gigaton per tahun dari pencairan di bawah laut hingga pemanasan air laut, dan selanjutnya kehilangan 300 gigaton dari proses pelepasan es.
Pembusukan lapisan es meningkatkan tingkat aliran es dari Antartika ke laut.
"Gunung es yang pecah dari lapisan es yang mengambang tak memiliki dampak langsung pada permukaan laut karena mereka sudah mengambang, tetapi implikasinya terdapat pada es yang masih utuh," katanya.
Ia menjelaskan, "Ini bukan bencana, keseluruhan lapisan es tak akan meluncur turun jika kami kehilangan lapisan es, tetapi itu akan sedikit mempercepat."