REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memerkirakan bahwa musim kemarau yang akan berlangsung tahun ini tidak akan menggangu musim tanam.
Kepala BMKG Andi Eka Sakya menyebut bahwa untuk memastikan apakah musim kemarau akan lebih panjang atau tidak baru bisa diperhitungkan dalam 2 hingga 3 bulan ke depan.
Meski begitu, ada prakiraan bahwa musim hujan akan datang terlambat. "Tapi kami harus melihat lagi dimana saja sentra sentra padi. Karena prakiraan di setiap lokasi berbeda," jelas Andi, belum lama ini.
Berdasarkan angka sementara Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun 2014 lalu, angka sementara produksi gabah kering giling turun 0,63 persen dari tahun 2013 menjadi 70,83 juta ton. Sementara jagung naik 2,81 persen menjadi 19,03 juta ton. Sedangkan kedelai naik 22,3 persen ke 953.960 ton. Target produksi gabah kering giling tahun lalu 73,4 juta ton.
Andi menyebut di Indonesia terdapat 324 zona musim yang berbeda beda perhitungannya. Namun, dia memerkirakan bahwa kemarau tahun ini tidak akan banyak mempengaruhi atau menggangu jadwal tanam dan panen.
"Kalau prediksi normal, maka daerah yang memungkinkan panen 3 kali akan normal," ujar Andi.
Normalnya musim kemarau tahun ini tidak terlalu berpengaruh, pasalnya El nino tahun ini relatif normal. Curah hujan juga tercatat normal sepanjang tahun.
Andi menambahkan, yang paling berpengaruh dalam masa panen adalah datangnya musim hujan. Bukan datangnya musim kemarau.
"Karena itu menyangkut masa tanam," lanjutnya. Dia menegaskan bahwa BMKG akan selalu memberikan update terbaru terkait cuaca dan iklim di Indonesia.