REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Syamsuddin akhirnya bekerja di toko pertanian. Ini dilakukanya guna mendongkrak ekonomi keluarganya. Badannya yang kecil bekerja keras mengangkut beban. "Apa yang saya lakukan ini bukanlah pekerjaan berat, tak seberat apa yang dilakukan ibu saya," kenang dia, seperti dilansir Pesantren Mualaf Annaba Center, Ahad (8/3).
Kerja kerasnya di toko pertanian, membuatnya sulit untuk mendalami Islam. Syamsuddin tak lagi fokus meneruskan apa yang ia mulai. Desakan ekonomi diakuinya membuatnya abai. "Namun, saya selalu berdoa agar Allah tetap menjaga keyakinanku dalam Islam, sehingga saya tidak kembali lagi ke agama lamaku. Biarlah kujalani semua ini, asal saya bisa membantu ibu untuk mencari nafkah", harapnya.
Situasi kian berat, ketika tempat Syamsuddin bekerja sebagian pekerjanya non-Muslim. Ia pun terseret kebiasaan mereka. Dengan situasi tertekan, ia bekerja keras pula untuk menghindari diri dari konsumsi makanan yang dilarang dalam Islam.
"Begitu sayangnya Allah kepadaku sehingga Allah tidak membiarkan saya terlarut dengan orang-orang yang tidak baik yang ada di sekitarku," ucap dia.
Sementara keadaan Syamsuddin yang serba sulit. Kehidupan kakaknya semakin membaik. Kakaknya memutuskan hijrah ke Jakarta untuk menyelesaikan sekolah. Kemudian, kakaknya menikah dengan seorang hafiz Alquran.
Selang beberapa bulan, Syamsuddin dititipkan kepada seseorang yang sangat baik di daerah Ketapang Kalimantan Barat. Ia diangkat menjadi anak olehnya. Kebetulan keluarga mereka adalah keluarga yang baik dan sangat rajin beribadah. "Berawal dari sinilah, ketika saya sudah tidak lagi mendalami Islam, tapi Allah memberikan jalan kepadaku untuk bisa mendalaminya kembali," kata dia.
Keluarga itu mengajari Syamsuddin banyak hal tentang Islam. Orang tua angkatnya itu mendorongnya untuk kembali melaksanakan shalat. Dan Alhamdulillah, Syamsuddin pun kembali bersekolah. Tak lama, ia menyusul kakaknya ke Jakarta
"Tak lama tinggal bersama mereka berdua, karena latar belakang abang iparku yang seorang penghafal Alquran, saya pun dicarikannya pesantren agar Saya bisa belajar membaca dan menghafal Alquran sama sepertinya," ujarnya.
Syamsuddin kemudian dipertemukan dengan pesantren khusus pembinaan mualaf, namanya Yayasan Pembinaan Mu'allaf An-Naba' Center, pimpinan seorang mantan penginjil yaitu ustaz Syamsul Arifin Nababan.
"Beliaulah yang akhirnya mengajarkanku mengenai Islam, dan sampai sekarang saya tinggal di pondok pesantren asuhan beliau," kata dia.