REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -– Harga beras di pasaran Kota Cirebon melambung hingga Rp 12 ribu per kg dalam beberapa hari terakhir. Kondisi itu akhirnya memaksa sejumlah warga miskin mengkonsumsi nasi aking (nasi basi yang dikeringkan).
Hal itu seperti yang dialami Taskadi Eko Sunjaya (52), warga RT 07/04 Kampung Melati, Kelurahan/Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Dia bersama istri dan lima anaknya terpaksa mengkonsumsi nasi aking karena tak mampu membeli beras.
"Uang hasil narik becak yang saya peroleh tidak cukup untuk membeli beras," ujar pria yang bekerja sebagai penarik becak itu saat ditemui di rumahnya, beberapa hari yang lalu.
Taskadi menuturkan, dalam sehari, dia rata-rata memperoleh penghasilan sekitar Rp 30 ribu. Menurutnya, uang tersebut tidak cukup jika digunakan untuk membeli beras setiap hari. Pasalnya, uang itu juga digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan lain sehari-hari.
Taskadi mengatakan, dia dan anggota keluarganya terpaksa makan nasi aking sejak sekitar tiga bulan terakhir. Nasi aking itu terkadang berasal dari pemberian tetangga ataupun saudaranya. Sebelum disantap, nasi aking ditanak kembali kemudian disangrai dengan dicampur garam.
"Makannya tidak pakai lauk, tidak ada uangnya," tutur Taskadi.
Taskadi mengaku tak mengalami kesakitan saat mengkonsumsi nasi aking. Namun, dia mengaku sangat sedih melihat anak-anaknya, terutama si bungsi yang berusia lima tahun, juga mengkonsumsi nasi yang sebenarnya digunakan sebagai pakan ternak tersebut.