REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi politik sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Dedy Mulyana meminta pers dan media massa lebih selektif dalam melakukan pemberitaan. Belajar dari hebohnya pemberitaan DPRD vs Ahok belakangan ini, Dedy meminta agar media massa bisa menyaring informasi mana saja yang baik untuk disebarkan dan mana yang tidak.
"Media massa berperan banyak dalam pembentukan karakter masyarakat. Kasus Ahok dan DPRD yang saling maki, tentu disaksikan oleh semua masyarakat. Rakyat melihat bagaimana pejabat publik bisa mengucapkan kata tak pantas," jelasnya, Ahad (8/3).
Dedy menilai, pers dalam hal ini turut andil dalam "membuat panas keaadaan". Selain itu, efek yang lebih buruk adalah rakyat bisa jadi mencontoh pemimpin mereka yang dengan bebas saling maki atau melakukan komunikasi politik yang tidak santun.
"Harusnya memang ada batasan. Batasannya ada pada masyarakat juga," ujarnya.
Dedy juga menambahkan, kisruh antara Ahok dengan DPRD yang berujung pada terlontarnya kata-kata kasar adalah bentuk kebebasan yang kebablasan. Dedy menilai, situasi ini adalah bentuk ketidaksiapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi era kebebasan berpendapat.