REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Puluhan Kepala Keluarga (KK) suku terasing Bunggu di wilayah Dusun Saluwira, Desa Tampaure, Kecamatan Bambaira, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, butuh perhatian serius dari pemerintah.
"Puluhan warga suku pedalaman hidupnya sangat miris. Kondisi rumah yang terbuat dari anyaman bambu kering dengan ukuran 2x3 meter tentu begitu memprihatinkan. Nyaris tak ada yang memperdulikan keberadaan mereka," kata Rino salah seorang ibu rumah tangga yang tinggal seorang diri di pemukiman mereka di Mamuju Utara, Ahad (8/3).
Menurutnya, kebanyakan suku terasing hanya mengandalkan pasokan makanan hasil pertanian dan hasil berburu. Jika hasil pertanian gagal maka puluhan warga pedalaman ini terancam dilanda kelaparan. Rino yang saat ini berstatus janda setelah ditinggal suaminya mengaku, sangat mengharapkan bantuan pemerintah sehingga mereka bisa hidup lebih layak.
"Kondisi kami sudah begini. Kami pun sebetulnya ingin hidup lebih mapan tetapi tak tahu harus memulainya mengubah pola hidup yang selama ini ia jalani bersama dua orang anaknya," ucapnya dengan bahasa suku terasing.
Dia menyampaikan, warga sulit mengonsumsi beras sebagai makanan sehari-hari. Apalagi, harga beras yang dijual pedagang sudah melambung tinggi. Dia juga mengaku, sejak Oktober 2014 silam dan hingga kini juga belum pernah menerima bantuan beras raskin. Padahal, warga pesisir atau perkotaan malah mendapatkan beras bantuan pemerintah itu.
"Kami merasa diperlakukan tidak adil sebab kebanyakan warga lainnya malah mendapatkan bantuan. Mungkin karena kami tinggalnya di wilayah pedalaman," katanya dengan polos.
Sementara program beda rumah yang dilaksanakan pemerintah selama ini kata dia, belum sepenuhnya menyentuh masyarakat suku Bunggu. Persoalan ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah agar masyarakat yang seharusnya mendapatkan bantuan juga bisa menikmatinya.