REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berada di urutan ke dua setelah Malaysia dalam 2015 Islamic Growth Markets Investment Index. Indeks perdana ini mengukur peringkat potensi investasi relatif negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang dilakukan Thomson Reuters yang bekerja sama dengan firma riset dan konsultasi pasar Islam, DinarStandard.
Indeks ini dibuat berdasarkan satu set yang terdiri dari sembilan metrik meliputi kategori fundamental pertumbuhan suatu negara, momentum pertumbuhan, momentum investasi dan risiko relatif negara tersebut.
Indonesia menunjukkan fundamental pertumbuhan terkuat di antara dua negara lain, Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA), dengan jumlah populasi dan pendapatan domestik bruto (GDP) tertinggi, 249 juta jiwa dan GDP 870 milyar dolar AS pada 2013.
Indonesia juga menunjukkan momentum pertumbuhan yang sehat, dengan aliran masuk investasi langsung asing (FDI inflow) tertinggi 23 miliar dolar AS pada 2013 dan pertumbuhan rata-rata tahunan FDI antara 2009-2013 sebesar 48 persen.
Sedangkan Malaysia memimpin pertumbuhan dan momentum investasi terkuat, dengan tingkat pertumbuhan arus masuk FDI 217 persen pada 2009-2013.
DinarStandard menilai sektor-sektor ekonomi negara-negara OKI yang dinilai paling potensial adalah energi, pangan dan pertanian, elektronik, perjalanan dan transportasi, logam, kimia, plastik atau karet, tekstil, infrastruktur dan knstruksi, serta produk dan layanan kesehatan.
Managing Director DinarStandard Rafi-uddin Shikoh, mengatakan, banyak perusahaan dari pasar-pasar negara Muslim berkembang matang dengan cepat dan siap untuk menerima investasi untuk tumbuh.
Ia mencotohkan Savola Group, Indofood, Felda dan Almarai yang merupakan perusahaan pangan dan pertanian yang kompetitif secara global. ''Ribuan perusahaan tersebut siap untuk menjadi pemimpin-pemimpin global,'' kata Shikoh dalam siaran resminya pekan lalu.
Thomson Reuters dan DinarStandard menyampaikan profil dan peluang-peluang utama tiga sektor industri di atas. Sektor energi memimpin dengan nilai ekspor tertinggi dimana sektor ini menjadi kluster terbesar negara OKI berdasarkan agregat volume ekspor, impor dan konsumsi.
Ekspor energy OKI mencapai 1,3 triliun dolar AS pada 2013. Nilai ini mewakili 43 persen dari ekspor global. Ekspor tumbuh 109 persen antara 2009-2013.
Peluang-peluang utama yang teridentifikasi dalam sektor antara lain energi terbarukan, solusi inovatif bio energi, teknik pengoperasin dan perawatan.
Pangan dan pertanian adalah sektor terbesar kedua. Nilainya mencapai 118 milyar dolar AS pada 2013 atau 8 persen ekspor global. Sektor ini tumbuh 42 persen per tahun antara 2009-2013.
Nilai permintaan domestik sektor pangan OKI adalah yang tertinggi di antara semua sektor dengan perkirakannilai 974 miliar dolar AS atau 16 persen konsumsi pangan global.
Peluang-peluang utama yang teridentifikasi dari sektor ini antara lain penjualan ritel (upermarket atau hipermarket), produksi minyak nabati, daging, susu, gula dan kakao.
Perjalanan dan transportasi adalah klaster ketiga terbesar sektor OKI dengan nilai ekspor 192 miliar dolar AS pada 2013. Ini termasuk peringkat tertinggi ke dua dibandingkan sepuluh klaster lain dan setara enam persen ekspor dunia.
Manufaktur suku cadang kendaraan, jasa maskapai beserta ekosistemnya, dan hotel ramah keluarga (ramah Muslim) jadi peluang yang bisa digali dari sektor ini.
Melalui Islamic Growth Markets Investment Report 2015 ini diharapkan muncul cara pandang baru melihat peluang-peluang investasi di 57 negara mayoritas Muslim anggota OKI.
''Laporan ini mengisi kekosongan perspektif peluang investasi di wilayah-wilayah geografis yang sedang tumbuh pesat beserta rantai nilai global mereka,'' kata Global Head of Islamic Capital Market dari Thomson Reuters Dr. Sayd Farook.