Senin 09 Mar 2015 14:12 WIB

Psikolog: Pembegalan oleh Anak-Anak Jangan Dianggap Kenakalan

Polisi menunjukan tiga tersangka pelaku begal motor IS (18), D (18), dan ADP (18) berikut barang bukti yang berhasil ditangkap di Mapolresta Depok, Jawa Barat, Minggu (1/2).  (ANTARA/Indrianto Eko Suwarso)
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Polisi menunjukan tiga tersangka pelaku begal motor IS (18), D (18), dan ADP (18) berikut barang bukti yang berhasil ditangkap di Mapolresta Depok, Jawa Barat, Minggu (1/2). (ANTARA/Indrianto Eko Suwarso)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog forensik Universitas Pancasila Jakarta Reza Indragiri Amriel mengatakan aksi pembegalan yang dilakukan oleh pelaku di bawah umur jangan hanya dianggap sebagai kenakalan remaja karena sudah menjurus pada tindak kriminal brutal.

"Selama ini polisi selalu dipersulit status pelaku kejahatan yang masih di bawah umur. Padahal, banyak orang yang berumur di bawah 18 tahun, tindakannya sudah terlalu dewasa," kata Reza, Senin (9/3).

Reza berpendapat undang-undang yang membatasi usia anak di bawah 18 tahun harus dikaji ulang. Menurut dia, kurang tepat bila proses hukum terhadap tindak kriminal berat seperti aksi pembegalan brutal terbentur usia pelaku.

"Kalau kemudian diselesaikan dengan cara-cara perlindungan anak padahal tindakannya sangat keji dan brutal, aksi pembegalan bisa kembali terulang. Kalau dilakukan berulang tanpa perasaan bersalah, bukan lagi kenakalan tapi kejahatan," ujarnya.

Reza mengatakan selama ini penanganan terhadap pelaku tindak kejahatan di bawah umur harus dibedakan. Biasanya pelaku di bawah umur tidak dihukum, tetapi menggunakan istilah dibina dengan melibatkan orangtua, sekolah dan lingkungan.

"Kejahatan yang dilakukan pelaku di bawah umur diposisikan tidak hanya pada anak tetapi juga keluarga dan sekolah. Karena itu, biasanya orangtua dan guru didatangkan untuk menyelesaikan permasalahan dalam cakupan yang lebih luas," katanya.

Polisi telah menangkap sejumlah pelaku pembegalan yang masih di bawah umur. Polres Kota Pasuruan menangkap seorang pelaku berinisial BU yang masih berusia 16 tahun. Menurut catatan Polres Kota Pasuruan, BU telah empat kali melakukan pembegalan.

Di Tangerang Selatan, Polsek Metro Pondok Aren juga menangkap dua pelaku pembegalan yang merupakan teman pembegal yang tewas dibakar massa. Keduanya, berinisial PD dan NP, baru akan berusia 18 tahun pada Juni 2015.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement