REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pejabat kontraterorisme Amerika Serikat dan para ahli merasa makin terjerembab dalam masa kegelapan. Sebuah kesaksian dalam kongres baru-baru ini, Direktur Intelijen Nasional, James Clapper mengaku saat ini berada dalam garis tren terorisme yang buruk, sesuatu yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah.
Komandan pasukan AS Operasi Khusus di Timur Tengah, Mayjen Michael Nagata juga mengatakan kepada peserta kongres bahwa dirinya menganggap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah ancaman terbesar yang pernah ada, lebih besar dari al-Qaeda.
Sementara, mantan wakil direktur CIA, Michael Morell yang berbicara pada konferensi terorisme polisi New York mengatakan, ia meragukan bisa melihat runtuhnya al-Qaeda dan gerakan lian di bawahnya. "Ini adalah jangka panjang. Generasi anak-anak saya, cucu-cucu saya nanti masih akan berjuang dalam pertarungan ini."
Penilaian tersebut mencerminkan pesimisme yang sedang menghinggapi para pelaku kontraterorisme AS selama setahun terakhir. Hal itu diakibatkan oleh usaha mereka menekan terorisme yang berakhir mengecewakan.
Di antaranya adalah pertumbuhan Negara Islam, masuknya para pejuang dari berbagai negara ke Suriah, runtuhnya pemerintah yang didukung AS di Yaman dan spiral situasi keamanan Libya. Komplikasi terbaru datang hari Sabtu, ketika kelompok teroris Boko Haram di Nigeria melakukan serangkaian bom bunuh diri dan dilaporkan menyatakan kesetiaan kepada Negara Islam.