REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY -- Pasukan Chad dan Niger melancarkan operasi militer darat dan udara gabungan terhadap kelompok militan Boko Haram di Timur Laut Nigeria, Ahad (8/3). Serangan darat tersebut dilakukan setelah kelompok militan tersebut menyatakan sumpah setia dengan ISIS.
Pemerintah Nigeria juga meminta bantuan internasional yang lebih besar untuk memerangi kelompok miltan Boko Haram. Chad yang didukung Angkatan Udara juga telah mengirim banyak pasukan di Timur Laut Nigeria untuk merebut kembali daerah yang dikuasai Boko Haram dekat perbatasan Kamerun.
"Kami dapat mengkonfirmasi pasukan Chad dan Nigeria melancarkan serangan pagi ini dari Niger. Serangan itu sedang berlangsung," kata juru bicara militer Chad Kolonel Azem Bermandoa, Ahad (8/3).
Serangan dilancarkan setelah persiapan militer yang cukup matang di wilayah selatan Niger dan membuka garis depan baru dalam upaya regional memberantas Boko Haram.
Seorang saksi di kota tenggara Niger mengatakan ia melihat sedikitnya 300 kendaraan, kendaraan tempur, termasuk tank, ambulans, truk tangki air dan truk angkut terlihat bergerak mendekati wilayah perbatasan Nigeria.
Sebelumnya, jet-jet tempur kedua negara membombardir tempat para kelompok militan Boko Haram sejak Sabtu hingga Ahad pagi. Awalnya, operasi pemberantasan Boko Haram tidak terlalu sukses. Sebuah titik terang didapatkan setelah pasukan dari Kamerun, Chad dan Niger ikut membantu sejak bulan lalu.
"Untuk Chad, Niger dan Kamerun, mengalahkan Boko Haram sangat penting. Lima tahun kekerasan telah menghancurkan banyak perdagangan di antara mereka ," ujar Bermandoa dikutip dari Al Jazeera.
Para diplomat dari Chad, Nigeria, Kamerun, Niger dan Benin telah berkomitmen untuk menyediakan pasukan, yang akan beroperasi secara bebas di daerah yang terdapat milisi Boko Haram.
Sabtu pekan lalu, sedikitnya 51 orang tewas dan lebih dari 100 terluka dalam tiga serangan bom di pasar dan terminal bus di kota Maiduguri, Nigeria.
Dalam beberapa bulan terakhir,Boko Haram juga telah memperluas serangan militer hingga ke lintas perbatasan Kamerun, Chad dan Niger. Hal inilah yang mendorong negara tetangga Nigeria melakukan serangan balasan.
Sejak Boko Haram memberontak pada 2009, lebih dari 13 ribu warga Nigeria tewas dan 1,5 juta orang lainnya kehilangan kediamannya sehingga harus menjadi pengungsi.