REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus melakukan komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri terkait dengan menghilangnya 16 warga negara Indonesia, enam di antaranya warga Kota Surakarta, saat berkunjung ke Turki pada 24 Februari 2015.
"Komunikasi (guna memantau perkembangan pencarian, red) terus kami lakukan dan respon dari Kemenlu bagus sekali dengan terus memberikan informasi terbaru kepada Pemprov Jateng," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Senin.
Menurut dia, mulai saat ini harus ada kewaspadaan dari semua pihak dalam memantau masyarakat yang akan bepergian ke luar negeri.
"Biro perjalanan sekiranya bisa melakukan kehati-hatian dengan memastikan tujuan dan waktu kepulangan masyarakat yang ke luar negeri," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar meminta maaf kepada masyarakat jika pemerintah bersikap lebih hati-hati dalam memverifikasi data-data dari WNI yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri.
"Hal itu perlu dilakukan agar tidak 'kecolongan' seperti ini karena bisa saja dijadikan modus dengan cara pergi setelah sampai ke daerah tujuan memisahkan diri," katanya.
Sebelumnya 24 WNI datang ke Turki menggunakan biro jasa perjalanan Smailing Tour, kemudian 16 di antaranya memisahkan diri dari rombongan begitu tiba di Bandara Istanbul dan tidak ikut ke tempat wisata yang telah direncanakan.
Keenam belas WNI itu sebagian besar berasal dari Kota Surabaya, Jawa Timur, dan Kota Surakarta, Jawa Tengah.
"Pemimpin grup (tur) itu menyetujui 16 WNI itu memisahkan diri. Namun, setelah sampai di tempat di mana seharusnya mereka bertemu, mereka tidak datang, bahkan ketika ditelepon, 16 WNI meminta untuk berubah tempat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir.
Setelah tidak dapat ditemui di tempat berikutnya, kelompok tur menjadi khawatir, apalagi ke-16 WNI itu tak dapat dihubungi.
"Akhirnya dilaporkanlah kasus ini ke KJRI di Istanbul. Kami coba menghubungi dan tidak bisa juga. Akhirnya KJRI Istanbul berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Turki," ungkap Arrmanatha.
Sampai delapan orang sisa dari grup tur tersebut kembali ke Jakarta, 16 WNI yang hilang belum diketahui keberadaannya sampai kini.
Enam WNI asal Kota Surakarta yang hilang di Turki itu adalah Fausi Umar Salim (37) adiknya nomor dua, Hafid Umar Babher (34) adik nomor empat, Soraiyah Cholik (28) istri Hafid, tiga keponakannya yakni Hamzah Hafid (6), Ustman Hafid (3), dan Atika Hafid (2).
Muhammad Arif (38) selaku kakak kandung Fausi Umar Salim dan Hafid Umar Babher mengatakan bahwa enam anggota keluarganya yang hilang di Turki melakukan kunjungan wisata ke Timur Tengah dan mempunyai rencana bisnis obat herbal.
"Ketiga anak itu, anak kandung adik saya Hafid Umar Babher yang tinggal di perumahan Cemani Grogol Sukoharjo," kata Arif.
Menurut Arif, pihaknya melakukan kontak terakhir dengan adiknya Fausi Umar Salim pada Jumat, dengan kode nomor telepon negara Turki, setelah itu, nomornya tidak bisa dihubungi lagi