REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ilmuwan Muslimah Internasional-Indonesia Prof. Dr. Amani Lubis, MA mengatakan, perempuan tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan. Utamanya dalam sejarah islam.

“Kalau kita ambil dari masa Rasulullah saw, para guru gurunya untuk kehidupan Rasulullah adalah perempuan. Dari ibunya, istrinya, anak perempuannya, saudara sesusunya, dan ibu asuhnya. Semua di sekelilingnya itu perempuan,” ujarnya.

Dalam islam, kata Amani, perempuan diberikan hak yang sama persis dengan laki-laki, dan yang memberikan jaminan adalah Al-Quran. Ia mencontohkan salah satu istri nabi, Aisyah adalah guru bagi para sahabat dalam bidang Fikih Keluarga.

Guru besar Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengungkap sepanjang sejarah Islam banyak sekali perempuan yang memiliki harta lalu dia mewakafkan hartanya untuk bikin sekolah dan madrasah, untuk mendidik.

“Fatimah al Fihiri ada di abad ke 7-8 tahun 700-an mendirikan universitas pertama modern di dunia. Artian semua ilmu diajarkan di universitas tersebut. Itu dari harta wakaf pribadinya. Sekarang namanya University of Al-Karaouine di tunisia,” tandasnya.

Amani mengatakan, peran perempuan bukan hanya pada bidang fiqih dan hadist, tetapi juga di kedokteran. DI masa rasulullah dokter pertama adalah perempuan bernama Rukhaidah. “Jadi Rasulullah sudah mendorong agar perempuan perempuan ini menguasai bidang bidang tertentu yang memang dibutuhkan oleh masyarakat seperti kedokteran.”

“Zaman sekarang kita lihat banyak contoh perempuan mau jadi astronot, insinyur, mau jadi apapun silahkan dia sangat bisa menekuni semua bidang ilmu karena kemampuan otaknya idak bedadari lakilaki. Asalkan sudah biasa diasah.” Tandasnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika