REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Tudingan pada kelompok Muslim sebagai pembunuh pemimpin oposisi Rusia Boris Nemtsov dinilai hanya pengalihan isu politik semata.
"Yang kami takutkan terjadi, ketika banyak orang percaya pembunuhnya adalah umat Muslim, tersangka sebenarnya akan bebas berkeliaran di luar sana," ujar wakil ketua kelompok oposisi, Ilya Yasin seperti dikutip The Guardian, Selasa (10/3).
Ia menilai, tudingan tersebut sengaja digelontor oleh pihak pemerintah.
Sebelumnya, Alexander Bortnikov, kepala dinas keamanan Rusia FSB menyebut, lima tersangka pembunuhan adalah para pejuang militan islam yang tak suka atas kritik Nemtsov saat terjadi penyerangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo.
Nama seperti Dadayev dan Anzor Gubashev didakwa dengan pembunuhan, sementara Shagid Gubashev, Tamerlan Eskerkhanov, dan Khamzat Bakhayev masih dalam proses pemeriksaan mendalam.
Lima orang ini terdeteksi berasal dari Kaukasus Rusia utara. Kelimanya merupakan tentara yang sedang terlibat dalam perang di Ukraina. Sayangnya, dari mereka tak dapat banyak keterangan siapa sesungguhnya motif mereka membunuh Nemtsov.
Ilya menegaskan, pihaknya masih berusaha merunut keterlibatan pemerintah dalam aksi brutal tersebut. Ilya yakin pengkambing hitaman uman muslim hanya untuk menutupi pelaku sebenarnya.
Sebelumnya, Putin menjelaskan melalui juru bicaranya bahwa kemungkinan keterlibatan jihadis Muslim dalam pembunuhan Nemtsov disebabkan kritik pedas yang pernah Nemtsov buat dalam blog pribadinya.
Pihak oposisi merasa ada penyebab yang jauh lebih krusial ketimbang faktor protes atas Charlie Hebdo.