Selasa 10 Mar 2015 17:56 WIB

Kesaksian Mantan Penerjemah ISIS Soal Eksekusi Mati Sandera

Rep: C65/ Red: Ilham
Jagal ISIS Jihadi John
Foto: Dailymail
Jagal ISIS Jihadi John

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Mantan penerjemah ISIS yang juga menyaksikan pembunuhan wartawan Jepang, Kenji Goto, menjelaskan kronologis aksi eksekusi yang dilakukan Jihadi John.

Saleh (bukan nama sebenarnya), mantan penerjemah tersebut menegaskan, identitas asli Jihadi John memang Mohammed Emwazi yang terlahir di Kuwait dan beremigrasi ke Inggris sejak 1988.

Emwazi telah membunuh beberapa wartawan asing, termasuk dua wartawan Amerika, Steven Sotloff dan James Foley. Ia dianggap sebagai kepala algojo ISIS. Menurut Saleh, sosok Emwazi sangat ditakuti dan dihormati dalam kelompok radikal tersebut.

Saleh menjelaskan, kronologis eksekusi Goto sebenarnya terjadi di Turki. Di tempat itu pula ia melarikan diri dari kepemimpinan ISIS. Saat itu, Emwazi berada dalam kekuasaan dan pengaruh yang besar bagi pemberontak tersebut.

"Setelah dia (Jihadi John) membunuhnya, tiga atau empat orang datang dan mengambil alih jenazah dan memasukkan ke dalam mobil. Setelah itu, John pergi ke sebuah jalan yang berbeda," katanya dilansir dari Jerusalem Post edisi Selasa (10/3).

Ia menuturkan, daya tarik yang dimiliki Emwazi adalah kesediaannya. Ia juga bersemangat untuk membunuh orang asing, memenggal kepala mereka dengan pisau dan direkam dalam berbagai video. Bahkan, sosoknya selalu terlihat berdiri di samping para korbannya.

Saleh mengaku tidak mengetahui kekuatan yang dimiliki Emwazi. "Mungkin karena dia menggunakan pisau," ujarnya.

Namun, Emwazi rupanya merupakan satu sosok luar biasa di ISIS. Hal itu dikarenakan ia merupakan satu-satunya algojo dari luar Suriah. "Semua pria Suriah (di ISIS) bisa membunuh. Tapi orang asing yang bisa, hanya John," lanjut Saleh.

Ia menjelaskan, selalu ada proses penipuan dan penyiksaan mental sebelum membunuh para korban. Awalnya, kata dia, tahanan diberitahu bahwa mereka dapat dibebaskan jika pemerintah mereka mau memenuhi permintaan kelompok radikal itu. Bahwa penahanan mereka hanyalah sementara, mereka kemudian dipaksa untuk pura-pura melakukan eksekusi.

"Dia (Emwazi) akan mengatakan kepada saya, kepada mereka, tidak ada masalah, hanya video, kita tidak membunuh Anda, kami ingin pemerintah Anda untuk berhenti menyerang Suriah. Kami tidak memiliki masalah dengan Anda, Anda hanya pengunjung kami," kata Saleh menirukan gaya bicara Emwazi.

Dengan begitu, kata Saleh menjelang kematiannya, korban tidak merasa khawatir. "Selalu saya katakan kepada mereka (red, korban) 'Jangan Khawatir', tidak masalah. Tetapi pada akhirnya saya yakin (mereka akan mati)," ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement