REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — PT Jasa Moda Transportasi (JMT), BUMD yang dibentuk Pemprov Jabar untuk mengelola monorel, mengajak Pemkot Bandung untuk menggabungkan proyek monorel dalam kota ke dalam proyek Monorel Bandung Raya.
Menurut Direktur Utama PT JMT, Endi Roswendi, usulan tersebut sudah disampaikan pada Pemkot Bandung. Namun Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sudah melangkah ke market sounding dan menggelar tender.
"Kami usul untuk digabung saja (proyeknya). Lagi pula tender mereka belum dapat pemenang," ujar Endi kepada wartawan, Selasa (10/3).
Menurut Endi, ajakan untuk bergabung dalam proyek Monorel Bandung Raya dilakukan karena, pihaknya ingin investor yang berniat masuk ke Kota Bandung melihat potensi lain.
Endi melihat, investor tidak ingin rugi membiayai proyek transportasi massal tanpa ada kompensasi. "Kalau kompensasinya lahan, di Bandung itu lahan sudah susah," katanya.
Endi menilai, Kota Bandung memiliki kelemahan dalam mewujudkan rencana monorel karena persoalan lahan. Jika sepakat bergabung, pihaknya ingin bersama-sama memanfaatkan keterbatasan lahan agar proyek bisa berjalan dengan menggandeng sumber pendanaan tunggal. "Kami tidak bisa jalan sendiri," katanya.
Saat ini, kata dia, trase yang dibangun oleh JMT dengan Pemkot Bandung tidak saling mengganggu. Namun Endi memastikan jika suatu saat Pemkot Bandung menyerahkan proyek ini untuk bergabung maka pintu sangat terbuka. "Biar satu konektifitas," katanya.
PT JMT sendiri, kata Endi, tidak mengikuti lelang yang ditawarkan Pemkot Bandung karena sudah berkomitmen pada Pemprov Jabar untuk memuluskan pembangunan Monorel Bandung Raya.
Menurutnya dengan kesiapan tim dan sumber pendanaan serta pasokan teknis monorel dari Provinsi Chongqing, China maka tawaran agar dua proyek ini bergabung bisa terjadi. "Nanti akan komunikasi, biar sama-sama enak karena bandung bagian dari Jabar," katanya.
Rute monorel internal Bandung sendiri pada akhirnya harus berkoneksi dengan Monorel Bandung Raya karena sudah masuk dalam rencana induk perkeretaapian. Endi mengaku pihaknya belum mengetahui apakah Pemkot Bandung sudah resmi mengantongi trase dari Kemenhub.
"Kalau monorel Bandung Raya kan sudah ada semuanya dan teradministrasi dengan baik," kata Endi.
Sementara menurut Asisten Administrasi Setda Jabar, Iwa Karniwa, PT JMT diharapkan sudah mulai mencari partner strategis serta sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek tersebut. Salah satu partner JMT yang cukup strategis, adalah konsorsium perusahaan dari Chongqing yaitu Chongqing-HFY.
"Untuk urusan pendanaan sudah mulai ada titik terang, karena perbankan dan kamar dagang China sudah menyinergikan ini," katanya.
Menurutnya di luar itu salah satu dokumen yang cukup penting untuk segera mendapat pengesahan dari Kemenhub adalah penetapan trase pembangunan Monorel Bandung Raya.
Iwa yang menjadi bagian Tim Fasilitasi Percepatan Pembangunan Monorel Bandung Raya telah mendorong JMT untuk segera menyelesaikan penetapan trase. "Targetnya selesai akhir April ini semoga," katanya.