REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cianjur akan memperketat peredaran buku religi aliran sesat yang saat ini diduga telah tersebar. Setiap pengajian Alquran di Cianjur juga akan dalam pantauan radar MUI.
Ketua MUI Cianjur, R Abdul Halim, mengatakan telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian mengenai dugaan adanya aliran sesat dengan modus pengajian Alquran, namun secara sembunyi-sembunyi.
"Bahkan penyebaran aliran tersebut diduga melalui buku religi yang berisi hal-hal sesat. Tapi saya belum koordinasi sama MUI Pagelaran, mengenai ada warganya pernah masuk aliran sesat," katanya di Cianjur, Selasa (10/2).
Sehingga, ungkap dia, MUI belum dapat memastikan nama aliran sesat itu serta belum diketahui kebenaran kesesatannya. MUI tambah dia, harus terlebih dahulu menelusuri dan berkomunikasi dengan korban yang pernah masuk aliran sesat tersebut.
"Kami belum tahu apakah aliran ini sesat atau tidak. Tapi yang jelas kami akan memantau setiap pengajian dan peredaran buku-buku religi," katanya.
Agar tidak mudah terhasut dengan aliran sesat, ia mengimbau ulama di setiap kecamatan melakukan antisipasi melalui ceramah di masjid maupun di setiap pondok pesantren. Sehingga dengan kegiatan tersebut warga menjadi paham dan dapat membedakan mana agama Islam dan mana yang diduga sesat.
"Aliran sesat ini biasanya menghasut, mendokrin orang-orang yang sedang labil. Tapi dengan menambah keimanan dan akhlak kita, tidak mungkin gampang terhasut aliran sesat yang mengatas namakan Islam," katanya.
Sementara Kepala Badan Kesbangpol Cianjur, Sudrajat Laksana, mengungkapkan, pihaknya belum mengehaui secara rinci mengenai dugaa adanya aliran sesat yang masuk wilayah Cianjur. Namun, terkait warga yang hilang selama 12 hari dan diduga masuk aliran sesat telah masuk ke pihaknya.
"Laporannya sudah ada, tapi kami belum koordinasi dengan MUI. Soalnya kami belum tahu apakah itu sesat atau tidak. Kalau MUI sudah menyatakan aliran itu sesat, maka kami akan segera bertindak," katanya.