REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) IV di Bali sudah memilih Zulkifli Hasan menjadi ketua umum periode 2015-2020. Dalam pemilihan dengan mekanisme voting, Zulkifli hanya unggul 6 suara dari Hatta Rajasa. Dengan hasil ini, komposisi dukungan dinilai seimbang antara dua kubu.
Mantan Wakil Ketua Umum PAN, Dradjad Wibowo mengatakan dengan komposisi dukungan yang seimbang ini, diibaratkan seperti dua sayap dalam pesawat. Artinya, ketua umum terpilih harus terbang membawa PAN menggunakan dua sayap tersebut sekaligus.
Tidak dapat hanya menggunakan satu sayap dari pendukungnya saja. Hal itu akan mengakibatkan PAN kehilangan pemilih intinya. "Saya rasa Bang Zul (Zulkifli Hasan) paham betul situasinya, dan tidak akan mengambil langkah politik yang ceroboh," katanya pada Republika, Selasa (10/3).
Menurutnya, Zulkifli harus mengajak kubu Hatta Rajasa dalam kepengurusannya. Dengan begitu, PAN tidak akan terjun bebas dalam perolehan suara di pemilu nanti karena ditinggalkan pemilihnya. Ketidakcerobohan Zulkifli ini sudah dibuktikan dengan mengajak Hatta Rajasa dan pendukungnya bergabung.
"Namun per hari ini belum ada kesepakatan mengenai rincian bergabungnya pendukung HR ini bagaimana," ujarnya.
Ia melanjutkan, yang pasti soal posisi yang ditawarkan Zulkifli Hasan maupun yang diinginkan Hatta Rajasa dan pendukungnya belum dapat disebutkan. Sebab, Hatta Rajasa dan tim pendukung sudah sepakat bahwa pembicaraan soal kesepakatan itu dilakukan hanya melalui satu pintu, dari Hatta Rajasa.
Terkait keinginan pendukung Hatta Rajasa yang akan membuat organisasi masyarakat baru, Dradjad enggan berkomentar.
Usulan pendukung Hatta agar mantan ketua umum PAN itu membuat ormas baru pertama kali dibuka oleh mantan Wakil Sekretaris Jenderal PAN era Hatta, Sulistyowati. Ormas ini nantinya akan menjadi embrio dari lahirnya partai politik baru yang akan dipimpin Hatta Rajasa.
"Kalau saya no comment soal ormas," ucapnya.