REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Salah satu primadona pariwisata Kota Padang, Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis terancam hilang. Hal tersebut lantaran Batu Malin Kundang yang telah tertimbun pasir.
"Legenda Batu Malin Kundang, sekarang kondisinya cukup memprihatinkan, tertimbun pasir," kata Wakil Wali Kota Padang, Emzalmi di Padang, Sumatera Barat, Rabu (11/2).
Dikatakannya, akibat alur sungai yang tersumbat, menyebabkan Batu Malin Kundang menjadi tertimbun pasir. Ia pun berniat akan mengerahkan sejumlah peralatan berat untuk mengembalikan kondisi Batu Malin Kundang.
Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sekitar bibir sungai, lanjutnya, akan dipindahkan ke lokasi yang lebih baik. Ia berharap, dengan tertibnya para PKL, juga memberikan kenyamanan bagi para pengunjung.
Selain itu, ujar Emzalmi, Pemerintah Kota (Pemkot) Padang akan segera menyelesaikan pembangunan maupun perbaikan jalan menuju ke Pantai Air Manis, seperti jalan masuk dari Koto Kaciak hingga Air Manis, dari Nipah hingga Teluk Bayur.
"Selama ini yang menjadi kendala adalah tanah, Alhamdulillah telah ada penyelesaian. Maka badan jalan selebar delapan meter akan bisa dilewati bus besar ke pantai Air Manis," tuturnya. Ia menambahkan, Pantai Air Manis merupakan master plan dari pembangunan di kawasan tersebut.
Sementara itu, Ketua Pemuda Pantai Air Manis Padang, Anto menuturkan masyarakat di sekitar pantai sangat mendukung penuh rencana Pemkot Padang mempercantik objek wisata Batu Malin Kundang. Masyarakat berpendapat, dengan rencana tersebut, warga juga akan merasakan dampak positif. "Satu hektar lahan sudah kita siapkan jika Pemkot mau menggunakannya untuk tempat parkir," jelasnya.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Dian Fakri mengatakan, pembenahan pantai Air Manis disebut dengan era baru perubahan objek wisata Pantai Air Manis. Manajemen yang selama ini dianggap kurang berdaya, kata dia, akan diubah. Tentu, dengan melibatkan unsur masyarakat sekitar.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, lanjut Dian, telah menggandeng masyarakat dengan membentuk Badan Pengelola Objek Wisata (BPOW). "Kalau selama ini PAD yang masuk dari objek wisata ini sebesar Rp 250 juta per tahun, harapan kita setelah dilakukan pembenahan akan meningkat menjadi miliaran rupiah, tambahnya.