Rabu 11 Mar 2015 14:30 WIB

Hajriyanto: Tak Bisa, Konflik Politik Diselesaikan Jalur Hukum

Rep: C05/ Red: Erik Purnama Putra
Politisi senior Partai Golkar Hajriyanto Y. Thohari (kanan).
Foto: Antara
Politisi senior Partai Golkar Hajriyanto Y. Thohari (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Politikus senior Partai Golkar Hajriyanto Thohari mengaku tak mau memihak siapa pun dalam konflik kepengurusan Golkar saat ini. Dengan ikut memihak, kata dia, hal itu akan membuat situasi menjadi lebih runyam. Karena itu, ia lebih memilih netral dalam bersikap dan beropini.

Hajriyanto menyadari dengan ikut terpolarisasi dalam dua kubu, yang ada justru akan membuat konflik tak kunjung selesai. Dia menyatakan harus ada peran peran objektif dalam partai berlambang pohon beringin itu.

"Saya tidak bisa 'berkelahi' di kancah politik. Lebih baik saya mendorong adanya munas (musyawarah nasional) baru saja sebagai solusi konflik,” kata mantan wakil ketua MPR tersebut, Rabu (11/3).

Dia berpendapat, percepatan pelaksanaan munas adalah langkah untuk mengakhiri konflik yang terjadi. Dengan digelar munas baru, ia yakin, konflik saat ini bisa diselesaikan secara politik.

Pasalnya, saat ini ada kesalahan paradigma dalam penyelesaian konflik yang melibatkan kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. “Konflik politik, namun coba diselesaikan dengan jalur hukum. Jelas itu tak bisa,” ujar dia.

Sebelumnya Hajriyanto sempat bergabung dengan kubu Agung Laksono dalam wadah Majelis Penyelamat Partai Golkar. Namun di tengah jalan, ia memilik mengundurkan diri. Setelah mundur, ia bersikap tak akan memihak salah satu kubu, baik itu Ical maupun Agung Laksono.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement