Rabu 11 Mar 2015 15:50 WIB

Budayawan Semarang Tolak Taman Raden Saleh Jadi Trans Studio

Rep: bowo priadi/ Red: Dwi Murdaningsih
pintu gerbang Taman Budaya Raden Saleh Semarang
Foto: Indonesia Kaya
pintu gerbang Taman Budaya Raden Saleh Semarang

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG --Para seniman dan budayawan Kota Semarang tegas menolak pembangunan Trans Studio di kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang.

Penolakan ini disampaikan berikut uneg- uneg mereka, saat berkesempatan bertemu Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi dan Ketua DPRD Kota Semarang, Supriyadi.

Pada kesempatan ini juga bergabung elemen Dewan Kesenian Semarang (Dekase), Masyarakat Pegiat Sejarah Kota Semarang serta elemen lainnya yang berkepentingan di TBRS.

Mereka khawatir, jika TBRS dan Wonderia dibangun Trans Studio, bakal terjadi alih fungsi tempat berkesenian menjadi tempat hiburan.

“Dari aspek lingkungan, kami juga tak ingin ada alih fungsi lahan hijau sebagai paru-paru kota menjadi bangunan,” kata Ketua Dekase, Mulyo Hadi Purnomo, Rabu (11/3).

Keberatan para seniman, pegiat budaya dan elemen lain pecinta TBRS telah menyampaikan langsung kepada stakeholder Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

Ia bahkan menegaskan, pengalihan fungsi juga melanggar Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang No 14 Tahun 2011 tentang kewajiban Pemkot Semarang memfasilitasi ruang seni bagi masyarakat dan komunitas kesenian.

“Kalau TBRS ini ‘hilang’ para seniman pelaku budaya Kota semarang akan kehilangan tempat untuk mengaktualisasikan diri dan tempat berekspresi,” tegasnya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement