Rabu 11 Mar 2015 18:44 WIB

Ridwan Kamil 'Kedipi' Luhut Panjaitan

Rep: c01/ Red: Esthi Maharani
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hingga lima minggu sebelum peringatan Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, dana bantuan pemerintah pusat belum juga cair. Wali Kota Bandung kembali menyampaikan permohonan dana dalam rapat singkat antara Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Pusat.

"Tadi Pak Wali Kota matanya kedap-kedip saja sama saya. Jadi punten nanti tolong dipercepat (pencairan dananya)," imbau Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan selaku Ketua Organizing Committee peringatan KAA ke-60 ini di Balai Kota, Rabu (11/3).

Luhut mengerti jika ada prosedur yang harus dilalui dalam mencairkan dana bantuan untuk persiapan peringatan KAA. Akan tetapi, ia meminta agar prosedur tersebut dapat dilakukan dengan cepat. Ia tidak ingin Wali Kota Bandung sampai seperti mengemis untuk sekedar meminta bantuan bagi persiapan perhelatan internasional ini.

Dalam rapat singkat yang diadakan pada Rabu siang tersebut, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil curhat sudah memohon bantuan dana kepada Pemerintah Pusat. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada sepeser pun dana bantuan yang cair.

Pria yang kerap disapa Kang Emil tersebut menyatakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tidak bisa mentransfer langsung dana bantuan ke Pemerintah Kota. Kemenkeu hanya bisa mentransfer ke Kementerian terkait saja. Akan tetapi, di kementerian terkait masih ada multi tafsir mengenai penyaluran dana tersebut.

"Sampai saat ini saya tidak bisa mengurai, hanya menyampaikan saja. Tidak lebih, tidak kurang," ujar Ridwan.

Terkait dana bantuan yang "macet" ini, Ridwan berharap agar Pemerintah Pusat bisa segera memberi kepastian. Jika dana bantuan memang tidak memungkinkan, ia juga berharap agar Pemerintah Pusat memberitahunya. Sehingga, ke depannya, Ridwan bisa mengurangi anggaran-anggaran yang sudah disiapkan.

"Karena terus terang ada keterbatasan di Pemkot ini," lanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement