REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lapangan Gas Arun yang telah berhenti berproduksi karena cadangan gas yang terus menurun kini mulai dihidupkan lagi oleh pemerintah. Pemerintah berniat membangun sebuah kawasan industri di lokasi bekas kilang gas yang dimiliki oleh PT Perta Gas Arun, anak perusahaan Pertamina.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, yang membawahi Kementerian ESDM menyatakan, ide ini untuk mengembangkan Arun, karena masih banyak aset di Arun yang masih bisa dimanfaatkan.
"Indonesia di tahun 1970-an membangun dua lapangan gas. Di Arun dan Bontang. Kalau Bontang masih jalan. Khusus untuk Arun kalau gas habis, sarana sudah hebat dipakai apa?" jelas Indroyono, Rabu (11/3).
Pertamina, lanjut Indroyono, telah melakukan rekayasa industri dengan mendistribusikan gas dari Lapangan Tangguh di Papua menuju Arun. Gas dari Tangguh ini kemudian akan diolah untuk dilakukan regasivikasi. Hasilnya gas Arun bisa untuk menghidupkan listrik di Banda Aceh dan Belawan, Sumatera Utara. Saat ini kilang di Arun sanggup melakukan regasivikasi untuk 400 juta kaki kubik gas per hari.
Selain itu, temperatur gas yang dingin saat diboyong dari Lapangan Tangguh, bisa dimanfaatkan untuk mesin pendingin atau cold storage bagi industri perikanan di Aceh.
"Kemudian Pak Jokowi bilang, kalau begitu bangkitkan semua industri di Aceh. Pupuk Iskandar Muda, Kertas Kraft Aceh, dan lainnya. Jadi industri untuk rakyat. Semua pakai gas Arun," ujar Indroyono.
Dengan peremajaan kilang Arun, ujar Indroyono, diharapkan industri di NAD dapat bangkit kembali. Selain Aceh, Pulau Sabang juga digagas untuk menjadi kawasan industri pariwisata terpadu.
Indroyono mengatakan, sejak tahun 2000 pemerintah telah menggelontorkan Rp2,8 triliun untuk investasi di Pulau Sabang. Salah satunya adalah penambahan panjang landasan pacu pesawat dari 1.000 meter menjadi 2.400 meter saat ini