REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak satu tahun silam, hasil jahitan Asep tak lagi menjanjikan. Usia yang tak lagi muda membuat kuantitas produksinya menurun. Pandangannya kini tak setajam dahulu. Sehingga setiap harinya ia hanya bisa menyelesaikan dua potong celana. Padahal sebelumnya bisa lebih dari lima.
Sadar penghasilan dari menjahit sudah tak bisa diandalkan, Asep berfikir untuk alih profesi. Dengan bantuan teman, ia berjualan ayam goreng ala fried chicken di depan kontrakannya. Temannya itu pula yang memberikan resep dan mengajarinya memasak ayam goreng khas Amerika tersebut.
Asep pun berinovasi, sehingga rasa ayam goreng yang dihasilkan bisa mengalahkan rasa ayam goreng teman yang mengajarinya dahulu! Ayam gorengnya pun laris di beli tetangga rumah, ditambah dengan saos sambal plus sambal buatannya sendiri yang rasanya mak nyus...
Kelebihan dagangan Asep berasal dari sambalnya. Ia menyediakan dua pilihan sambal. Mau sambel ulek atau sambol saos tergantung selera. Tentu saja warga sekitar lebih menyukai ayam goreng dengan sambal ulek buatan Asep Iskandar.
Namun, penghasilannya belum mencukupi biaya sekolah anak anaknya yang menimba ilmu di pesantren, pelanggan pun sering kecewa lantaran mereka tidak kebagian. Itu semua lantaran modalnya kecil sehingga produksi perharinya hanya sekitar 3 ekor ayam. Padahal, animo pembeli lebih dari itu.
Melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) menggalang dana zakat harta (dan donasi) dari kaum Muslimin, sehingga Asep dapat merubah nasib dengan mengembangkan usaha yang tengah dirintisnya. Serta tentu saja pahala dari Allah SWT buat kita semua yang telah menunaikan zakat dan membantu sesama. Aamiin.
Bantu Asep perbaiki usahanya, klik Perbaiki Nasib, Asep Banting Setir Jadi Penjual Ayam Goreng