REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Provinsi Kepulauan Riau menilai Kota Batam rawan penyebaran paham kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) karena kerap menjadi daerah transit dari dalam dan luar negeri.
"Batam merupakan daerah transit dan tidak mustahil menjadi pintu masuk penyebar ISIS," kata Ketua Umum Pelita Kepri Didi Suryadi di Batam, Kamis (12/3).
Banyaknya aliran agama yang beredar di Batam juga membuktikan bahwa daerah itu mudah sekali dimasuki paham-paham baru yang datang dari dalam dan luar negeri. "Memang gerakan ISIS di Batam belum terlihat saat ini, namun bisa jadi benih gerakan itu ada dan berpotensi untuk terus membesar," katanya.
Didi khawatir paham ISIS bisa cepat beredar di kalangan remaja, karena banyak remaja di kota itu yang seperti kehilangan identitas diri sehingga mudah sekali disusupi paham-paham tertentu. "Dengan adanya kenakalan remaja di geng motor menandakan mereka nyaris kehilangan identitas, mudah sekali disusupi," kata dia.
Pelita berharap aparat penegak hukum melakukan antisipasi sejak awal dengan menggandeng remaja agar terhindar dari aliran radikal.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah juga diminta melakukan langkah pembinaan agar kegiatan remaja lebih positif. "Kami harap aparat penegak hukum mengupayakan secara maksimal dan optimal," kata dia.
Sementara itu, Pemerintah Kota Batam terus berupaya menggandeng dan mengarahkan kegiatan remaja ke arah positif, setelah banyak anak usia sekolah yang diketahui tergabung dalam geng motor dan melakukan tindak kriminal.
Pemkot memberlakukan jam malam pelajar, mewajibkan sekolah dikunci, hingga mengadakan berbagai kegiatan seni dan olahraga melalui seluruh dinas terkait. Kegiatan itu diharapkan menjadi wadah kreativitas remaja agar tidak melakukan kegiatan negatif.