REPUBLIKA.CO.ID,Dalam artikel Ali Audah berjudul Tak Semua Harus Dinyatakan yang dimuat dalam Kiblat, 14-27 November 1990, ia mengatakan sebebas apapun kebudayaan Islam itu bukan berarti tak ada batas.
Batas yang diusulkannya adalah al-Akhlakul Karimah, bukan fikih. Berpijak pada akhlak, kebudayaan tidak akan tergelincir. Kiranya itulah jalan tengah yang dimaksud oleh Ali.
Batas itu diusulkan supaya agama tetap mempermudah, tidak mempersulit. Ia mengutip sebuah ayat dari surat al-Hajj ayat 78 yang berbunyi, "Dan dengan agama tidak dimaksudkan supaya kamu dalam kesulitan."
Itulah yang dimaksud dengan pernyataan bawah Alquran tidak punya konsep mengenai kebudayaan. Jadi, Alquran memang sengaja tidak punya konsep kebudayaan justru untuk memberi kebebasan, untuk mempermudah.
Tentang perbedaan antara agama dan kebudayaan dikatakan bawa agama itu universitas dan abadi, tetapi sepanjang yang menyangkut kebudayaan dan kesenian dapat berubah-ubah. Agama Islam adalah ciptaan Tuhan, kebudayaan buatan manusia.
Kreativitas dalam kebudayaan Islam berasal dari Alquran, dikutipnya Surat Ibrahim ayat 24, "Tamsil sebuah kata yang baik seperti pohon yang baik. Akarnya terhujam kuat, cabangnya menjulang tinggi ke atas."
Kreativitas, menurutnya, bukan bagian dari ibadah, tapi adalah soal muamalah. Kreativitas karenanya tidak bisa didasarkan pada hukum fikih secara langsung, tetapi pada nilai-nilai moral.