REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terus merosot. Banyak perusahaan yang terpukul karena depresiasi rupiah ini. Namun untuk sektor pertambangan, yang kebanyakan produk pertambangan memang berorientasi ekspor, justru meraih keuntungan.
Corporate Secretary PT Antam, Tbk. Tri Hartono menjelaskan, pelemahan rupiah tidak begitu berdampak buruk bagi BUMN pertambangan ini. Menurutnya, dampak depresiasi rupiah pasti akan sangat dirasakan oleh perusahan yang transaksinya banyak dengan dolar AS. Namun, lanjutnya, Antam yang justru lebih banyak ekspor komoditi tambang mendapat "gain" dari penguatan dolar AS ini.
"Ya yang jelas kalau produk Antam kan mayoritas kan ekspor. Artinya kalau dihubungkan dengan kurs yang melemah kan ada gain di kita. Karena produk kita kan orientasi ekspor," jelas Tri, Kamis (12/3).
Namun, Tri menambahkan, Antam masih melakukan perhitungan terhadap transaksi yang menggunakan mata uang asing. Hal ini, menurutnya, untuk menentukan langkah lebih lanjut akibat pelemahan rupiah.
"Jadi secara makro kalau bicara rupiah melemah kita justru diuntungkan. Kita masih mencari berapa banyak komponen yang kami transaksi kan dengan dolar. Karena impact nya kan ada kalau itu," ujarnya.
Sementara itu, Tri juga menyatakan bahwa Antam belum melakukan hedging atau lindung nilai. Tri menyebut, proporsi pendapatan dalam dollar AS yang didapat Antam sebesar 90-95 persen dari komponen transaksi. Sementara pengeluaran dalam dollar AS sekitar 30 persen dari komponen transaksi.
Sebelumnya, pada awal Maret ini harga jual emas Antam naik Rp 2.000 per gram menjadi Rp 549.000 per gram dari harga sebelumnya Rp 547.000.