Jumat 13 Mar 2015 07:28 WIB

Kendala Sastra Islami dan Sambutan Pasar

Direktur Utama Kelompok Mizan Haidar Bagir.
Foto: haidarbagir
Direktur Utama Kelompok Mizan Haidar Bagir.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Subarkah/Wartawan Republika

Kendala lain dalam perkembangan sastra Islami di Indonesia adalah lemahnya perlindungan hak cipta terhadap karya sastra. Sama halnya dengan produk kreatif lainnya, karya sastra Islami juga mengalami pembajakan yang luar biasa. Di berbagai pelosok Tanah Air ini kebanyakan mengonsumsi produk bajakan. Bahkan, bisa disebut jumlah buku bajakan yang beredar dengan buku yang asli sama besarnya, porsinya mencapai 50:50.

“Setiap kali ke daerah, masyarakat selalu ramai meminta tanda tangan atas buku karya saya. Tapi, saya sedih karena tahu buku yang mereka beli itu buku bajakan. Nah, di situ saya tak bisa berbuat apa-apa karena mereka tak tahu membeli buku yang seperti itu. Padahal, lazimnya—kalau di kota-kota besar—saya selalu menolak permintaan tanda tangan bila buku yang disodorkan kepada saya itu ‘buku palsu’,” katanya

Namun, lanjut Kang Abik, meski masih banyak kelemahan dan ketiadaan perlindungan hukum terhadap karya sastra Islami, serapan pasar terhadap produk sastra ini masih sangat menjanjikan. Para penerbit buku kini tetap antusias menerbitkan karya sastra Islami. Bahkan, penerbit besar yang selama ini terkesan kurang peduli terhadap karya sastra bergenre islami sekarang sudah mempunyai divisi khusus yang mengurusi penerbitan karya seperti ini.

Sementara itu, Direktur Utama Kelompok Mizan Haidar Bagir mengatakan, paling tidak ada dua kategori ketika melihat sosok sastra Islami. Pada sisi yang pertama, yang dimaksud sastra Islami bila dilihat dari ekspresi doktrin dan dimensi kedua sebagai penyampai pesan yang Islami.

“Cara bertuturnya pun sudah sangat bagus. Bahkan, terlihat sudah punya gaya ekspresi yang khas. Temanya pun sudah beragam, mulai dari pesan agama sehari-hari, sampai persoalan sosial yang umum. Ini jelas menggembirakan. Memang banyak yang masih seragam temanya, tapi itu akan hilang seiring dengan perubahan waktu,” kata Haidar.

Sambutan pasarnya juga sudah sangat luar biasa. Karya-karya sastra Islami yang bagus sudah terjual mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu eksemplar. Bahkan, sudah banyak yang dicetak hingga jutaan kopi.

“Terbitan kami seperti Laskar Pelangi dicetak jutaan kopi. Sepatu Dahlan dicetak 200 ribu kopi. Asalamu'alaikum Beijing dicetak 50 ribu kopi. Jadi, karya sastra Islami sudah mendapat sambutan yang sama besar oleh publik,” kata Haidar.

Menyinggung gaya romantik sastra Islami, Haidar mengatakan, hal itu dapat dipahami sebab sebagian pembaca sastra Islami adalah remaja dan kalangan usia muda. Akibatnya, tema percintaan dan kehidupan rumah tangga pasangan usia muda lebih dikenal daripada tema sastra Islami yang berada di luar itu.

“Lagi pula tema romantik juga merupakan kecenderungan umum dari sastra. Di kalangan karya sastra orang Barat misalnya, tema ini malah menjadi hal utama. Romantik memang disenangi semua orang. Namun, patut diketahui genre nonroman juga menjadi tema di banyak karya sastra Islami masa kini di Indonesia. Banyak karya yang berlatar belakang sejarah layaknya novel realis juga banyak ditulis,” kata Haidar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement