REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakapolri, Komjen Pol Badrodin Haiti mengungkapkan 16 WNI yang ditahan otoritas Turki bukan merupakan rombongan Smailing Tour.
"Identitasnya berbeda, Polri sedang minta datanya ke Kemenlu untuk selidiki background," ujar Badrodin, Jumat (13/3).
Selain itu, sambung Badrodin, Polri juga akan melakukan kerjasama dengan Kemenlu dan BNPT untuk mengirimkan personil Polri ke Turki. Menlu Retno P Marsudi kepada wartawan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.
Retno menegaskan komunikasi, koordinasi dan pendalaman masih terus dilakukan dengan otoritas Turki. Ia mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo sudah mendapat laporan mengenai perkembangan tersebut. Saat ada penangkapan yang dilakukan oleh otoritas Turki, lanjutnya, kemudian disampaikan kepada perwakilan RI di negara tersebut.
Perlu diketahui, Pemerintah Turki menangkap 16 warga negara Indonesia (WNI) yang sempat dikabarkan hilang dan disinyalir akan bergabung dengan kelompok Islamic State of Irak dan Syria (ISIS). Mereka ditangkap saat akan menyeberang ke Suriah melalui jalur yang selama ini sering digunakan simpatisan ISIS.
Ribuan warga asing dari lebih 80 negara, termasuk Inggris, Eropa, Cina dan AS telah bergabung dengan ISIS dan kelompok radikal lain di Suriah dan Irak. Sebagian besar masuk melalui Turki. Turki mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak informasi dari badan intelijen asing untuk mencegah para warga asing memasuki Suriah.
Sebelumnya, 16 WNI tersebut memisahkan diri saat ikut tur ke Istanbul, Turki. Setibanya di Bandara Attaturk, pada 24 Februari 2015 mereka memisahkan diri dan tidak bergabung kembali dengan rombongan tur hingga waktunya pulang ke Indonesia. Menurut pimpinan rombongan tur, pada 28 Februari 2015, ke-16 WNI itu memisahkan diri dari rombongan dengan alasan ada acara keluarga.