REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Ketika kondisi Abu Nawas berada dalam sakit keras, seorang teman berkata "Alangkah besarnya penderitaanmu." Penyair itu pun menjawab, "karena dosa-dosaku."
Mengenai harapan akan pengampunan Allah SWT, sajak berikut ini terkenal sekali, dijalin dengan kata-kata yang mengharukan:
Wahai Tuhanku, hamba tak pantas menjadi penghuni surga, tapi hamba juga tak sanggup jadi penghuni neraka. Terimalah taubat hamba dan ampunilah dosa hamba, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat
Dosa-dosa hamba bagaikan bilangan pasir, maka terimalah taubat hamba wahai Zat yang Maha Kuasa. Umur hamba setiap hari terus berkurang, sedangkan dosa hamba terus bertambah bagaimana hamba bisa memikulnya
Wahai Tuhanku, hambaMu yang penuh dosa ini datang menghadapMu, jika Engkau mengampuni, pantaslah karena Engkau Maha Pengampun Namun, jika Engkau menolak permohonan hamba, kepada siapa hamba berharap selain kepadaMu.
Sajak-sajak zuhd dan penuh ampunan Abu Nawas, memang tidak begitu banyak jumlahnya, yang dibuat pada masa tuanya.
Tetapi dari segi kedalamannya, dinilai para ahli melebihi sajak-sajak keagamaan terkenal seperti sajak-sajak Abu'l Atahiyah; penyair sezamannya yang telah menulis tidak kurang dari 16.000 bait sajak keagamaan.
Sebagai penyair, dalam puisi zuhd dari segi ungkapan, penggunaan kata dan kedalaman isi, dalam sejarah sastra Islam Abu Nawas tetap menempati kedudukan penting.