REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengirim pesawat-pesawat tempur untuk berpatroli di perbatasannya dengan Myanmar, Jumat (13/3). Langkah itu diambil setelah satu bom yang dijatuhkan pesawat tempur Myanmar membunuh empat warga Cina di Provinsi Yunnan.
Bom itu jatuh satu ladang tebu di kota Lincang pada Jumat, menewaskan empat pekerja dan mencederai sembilan orang lainnya.
Peristiwa itu terjadi setelah Cina memperingatkan peningkatan kekerasan dekat perbatasan tersebut menyusul meningkatnya konflik etnis di kawasan Kokang yang terpencil di negara bagian Shan, timur laut Myanmar.
Juri bicara Angkatan Udara Cina Shen Jinke mengatakan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat mengirim beberapa jet tempur untuk melacak, memantau, memperingatkan dan mengusir pesawat-pesawat militer Myanmar yang terbang dekat perbatasan Cina.
Wakil Menteri Luar Negeri Cina Liu Zhenmin memanggil duta besar Myanmar untuk Cina Thit Linn Ohn, Jumat malam, untuk memprotes kematian tersebut. Liu mendesak Myanmar menyelidiki seksama kasus tersebut dan mengambil langkah-langkah efektif dan segera untuk mencegah jinsiden terulang kembali.
Ia mengimbau otoritas Myanmar memelihara keamanan dan stabilitas di kawasan-kawasan perbatasan antara Cina dan Myanmar.
Pertempuran pecah pada Februari antara tentara Myanmar dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) yang beranggotakan sisa-sisa Partai Komunis Burma. Anggota partai tersebut merupakan gerilyawan yang didukung Cina yang menentang pemerintah Myanmar sebelum pecah pada 1989.
Lebih 30 ribu orang telah meninggalkan Myanmar menuju Provinsi Yunnan.