REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Sukran Kamil mengatakan sejarah Islam di Nusantara mengalami pengaburan. Bahkan, menurutnya pengaburan ini bukan suatu hal yang baru terjadi di Indonesia.
"Indikasi pengaburan sejarah islam bukan suatu hal yang baru," ujar Sukran saat Seminar Nasional yang bertemakan ‘Menelusuri Indikasi Pengaburan Sejarah Islam Nusantara’ di UIN Jakarta, pada Kamis lalu (12/3).
Secara pribadi, Sukran mengaku baru menyadari adanya pengaburan hal itu setelah dia kuliah. Menurutnya, banyak pembelajaran sejaran yang selama ini dia pelajari sejak Sekolah Dasar (SD) hingga SMA yang keliru.
Ia mengaku merasa dibodohi dengan buku-buku sejarah yang selama ini dipelajari selama belajar di tiga tingkat sekolah itu. Sukran menyatakan, peran Islam terhadap perkembangan dunia maupun Indonesia sangat besar.
Hanya saja, banyak hal yang ditutupi oleh pihak-pihak tertentu akan kehebatan Islam di masa lalu. Menurutnya, Islam telah memberikan pengaruh yang besar atas perubahan dunia barat dan Indonesia.
Menurutnya dunia barat merupakan satu-satunya bangsa yang berhutang besar atas kejayaan Islam di masa lalu. Ia menegaskan, barat tidak akan maju seperti sekarang jika bukan karena peradaban Islam.
Dia juga mengungkapkan, banyak para ahli barat yang mengakui bahwa mereka mendapatkan teori keilmuan itu dari tokoh-tokoh Islam, misalnya Ibnu Sina dalam dunia kedokteran.
Menurutnya, anggapan yang diperoleh masyarakat dari buku-buku menyesatkan selama sekolah itu hanyalah sebuah sangkalan. Dia menegaskan, Islam lah yang sebenarnya memiliki peranan dan pengaruh besar terhadap peradaban dunia ini dan Indonesia.
"Misalnya, banyak masyarakat Indonesia mengira bahwa Budi Utomo merupakan tonggak awal kebangkitan Indonesia," ucap Sukran mencontohkan.
Pengetahuan ini, menurutnya, kurang tepat dan keliru. Sebab, Budi Utomo itu hanyalah pergerakan yang memfokuskan diri pada orang-orang Jawa saja di waktu itu. Tetapi ia menilai kebangkitan Indonesia dalam skala nasional itu bermula dari Serikat Islam (SI).
Penyebabnya, karena dari gerakan inilah, visi dan misi untuk menyatukan nusantara dalam kebangsaan Indonesia pun dimulai. Mereka mulai memperjuangkan Indonesia untuk keluar dari kungkungan penjajahan.
"NKRI ini juga berdiri karena ada peran penting dari tokoh-tokoh Islam seperti Nahdathul Ulama dan Muhammadiyah," tandasnya.