REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pengungsi Suriah yang hijrah ke Lebanon, tepatnya di Lembah Bekaa, harus berjuang menghadapi musim dingin yang menusuk kulit dan tulang. Hujan salju yang lebat, tak jarang membuat tenda mereka roboh.
Dikutip dari Al Jazeera, lebih dari satu juta warga Suriah mengungsi setelah tanahnya dirundung perang selama empat tahun lebih. Sebagian besar pengungsi adalah tuna wisma.
Anak-anak mereka juga tidak bersekolah. Sudah tipis harapan warga Suriah untuk kembali ke tanah kelahirannya yang sedang dilecut perang.
Pemukiman mereka sekarang berdiri di sebidang tanah kosong bekas bangunan. Sebagian ada yang tinggal di garasi dan lumbung pertanian yang ditinggalkan warga.
Di kota Qab Elias, Lebanon Timur, seperti dikutip Aljazeera, pengungsi mengatakan mereka hampir mati kedinginan di dalam tenda. Tetapi anak-anak mereka masih masih bisa bermain. Dengan secarik kain tipis, anak-anak itu meninggalkan jejak-jejak bermain dengan sandal plastiknya di atas gumpalan salju.
Selain itu, masih dikutip Aljazeera, mereka mengaku bantuan yang diterima tidaklah cukup. Mohammad al-Rasheed, seorang juru bicara untuk penyelesaian Qab Elias mengatakan World Vision telah memberikan beberapa pakaian dan perlengkapan untuk menghadapi cuaca dingin.
Tetapi karena perang yang kian larut, dana internasional yang dimaksudkan untuk membantu pengungsi Suriah juga semakin berkurang.
Dinginnya pegunungan Lebanon yang menusuk, memperparah kesengsaraan mereka, para pengungsi Suriah. Sekarang, yang mereka lihat dalam hidup hanyalah sebuah permainan untuk bisa bertahan.