REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kontra-Teror Indonesia mengatakan lebih dari 500 orang Indonesia diyakini telah bergabung dengan ISIS. Pemerintah pun dengan tegas melarang dukungan untuk jihadis ISIS, meskipun para ahli telah meminta pihak berwenang untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk menghentikan aliran pejuang.
Kondisi mengkahwatirkan muncul dan terasa di Indonesia setelah 16 orang Indonesia yang sebelumnya hilang dan akhirnya ditemukan oleh pemerintah RI. Seperti dikutip AFP, Ahad (15/3), jumlah tersebut yang sebagian besar perempuan dan anak-anak telah ditangkap di Turki. Mereka ditangkap karena mencoba untuk menyeberang ke Suriah demi bergabung dengan ISIS.
Sekitar 11 anak, empat perempuan dan satu laki-laki dari negara mayoritas Muslim yang paling padat penduduknya di dunia ini ditahan di kota perbatasan Turki Gaziantep. Para pejabat Indonesia mengaku tidak mengetahui waktu penangkapan mereka.
"Kami masih menyelidiki ... tetapi jelas bahwa mereka ingin bergabung (ISIS) untuk memiliki kehidupan yang lebih baik sesuai dengan hukum syariah Islam," kata Menteri Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, timnya sedang dikirim ke Turki. Menurutnya, timnya itu akan bekerjasama dengan pihak berwenang mengenai penangkapan 16 WNI itu.
Para pejabat sebelumnya telah mengungkapkan16 orang Indonesia telah dinyatakan hilang sejak bulan lalu setelah bergabung dengan kelompok tur ke Turki. Mereka diyakini berusaha untuk mencapai Suriah.
Seperti yang diketahui, banyak warga negara asing dari seluruh dunia telah berbondong-bondong untuk bergabung dengan jihadis ISIS. Hal ini jelas memicu peringatan atas potensi pejuang radikal untuk kembali dan meluncurkan serangan di tanah air Indonesia.
Kasus tiga gadis remaja Inggris menyeberang ke Suriah untuk bergabung ISIS telah menyebabkan kekhawatiran di Inggris. Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop pun telah memperingatkan gadis-gadis muda yang ingin menjadi "pengantin jihad" di ISIS itu