REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mengikuti keberhasilan penyelenggaraan tahun 2014, ASEAN Literry Festival (ALF) digelar untuk tahun kedua pada 15 hingga 22 Maret. Tahun ini, ajang kesusasteraan terbesar tingkat Asia Tenggara ini mengangkat tema Questions of Conscience.
ALF 2015 dibuka melalui deklamasi puisi di Taman Menteng, Ahad (15/3). Sejumlah figur penulis, akademisi dan seniman ambil bagian dalam kegiatan ini. Di antaranya adalah Okky Madasari, Tommy F Awuy, Saras Dewi, Steve Elu, Andi Gunawan, Bernard Batubara, Dinda Kanya Dewi, Josephine Chia dari Singapura, dan Idriss Bouskine dari Algeria. Deklamasi puisi juga melibatkan pelajar SMU dan kalangan masyarakat.
Direktur ALF Abdul Khalik menjelaskan, apresiasi puisi di taman merupakan kampanye menyebarkan pesan bahwa sastra dekat dengan masyarakat. ALF merupakan festival untuk semua kalangan.
Masing-masing pembaca puisi, kata dia, akan membawakan puisi pilihan yang diambil dari karya-karya penyair tanah air dan juga luar negeri.
"Tema tahun ini dipilih sebagai respons atas dinamika global dan perkembangan zaman, terutama terkait dengan laju konsumerisme dan perkembangan teknologi informasi. Bagaimana sastrawan dan karya sastra ASEAN dan Asia pada umumnya menghadapi perubahan yang ada? Masihkah karya sastra menjadi suara hati nurani dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan?” kata Direktur ALF Abdul Khalik melalui siaran pers tertulis, Ahad (15/3).
ALF tahun ini akan mengusung beberapa kegiatan, seperti tur sastra di beberapa tempat. Tur sastra dijadwalkan hadir mulai 15 hingga 18 Maret 2015 di Perpustakaan Jakarta Barat, Perpustakaan Jakarta Pusat, Perpustakaan Jakarta Selatan, kampus Universitas Indonesia dan Universitas Negeri Jakarta.
Selanjutnya aktivitas ALF yang diisi diskusi dan workshop sastra dengan pemateri dari dalam dan luar negeri akan berlangsung di Taman Ismail Marzuki Jakarta, mulai19 hingga 22 Maret 2015.
Pada tahun ini, lebih dari 20 negara dari ASEAN dan luar ASEAN akan berpartisipasi dalam ALF dengan menghadirkan penulis, seniman, akademisi, penerbit, dan film dari negara mereka. Jumlah ini lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya diikuti 14 negara.
Selain negara ASEAN, hadir juga tokoh-tokoh sastra dari China, Korea Selatan, Australia, Algeria, Jepang, Jerman, Norwegia, USA dan India.
Dengan durasi yang lebih panjang, program yang dihadirkan dalam ALF pun lebih beragam. Selain rangkaian diskusi, workshop, dan pentas seni, juga akan diselenggarakan ASEAN pemutaran film yang akan menayangkan film-film terpilih dari masing-masing negara.
Selain itu, akan ada juga literary trip, yang akan membawa peserta dan publik ke tempat-tempat penting dan bersejarah dalam perkembangan sastra Indonesia.
Khalik menjelaskan, ALF lahir dilatarbelakangi kesadaran akan kesamaan kondisi sosial budaya di wilayah ASEAN, namun tidak mengenal karya budaya satu sama lain.
"ALF ingin menjadi wadah yang mempertemukan sastrawan dan karya-karya sastra dan budaya di Asia Tenggara. Ini merupakan hal penting, apalagi terkait dimulainya ASEAN Community tahun ini," kata Khalik.