REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Kabupaten Purwakarta, Jabar, membangun 45 lumbung padi (leuit). Leuit tersebut, akan menampung hasil panen (gabah). Dengan adanya leuit itu, pemerintah bisa menyimpan gabah sebagai cadangan bahan pangan. Cadangan bahan pangan tersebut, nantinya dikeluarkan bila memasuki musim paceklik.
Kabid Tanaman Pangan Distanhutbun Kabupaten Purwakarta, Dedi Setiadi, mengatakan, 45 leuit tersebut tersebar di kecamatan yang rawan pangan. Leuit kecil bisa menampung enam sampai 10 ton gabah. Sedangkan, leuit besar bisa menampung 50-100 ton gabah.
"Leuit yang besar ini jadi tempat cadangan bahan pangan pemerintah (CBPP). Makanya, kapasitasnya besar," ujar Dedi, kepada Republika, Ahad (15/3).
Menurut Dedi, setiap musim paceklik selalu ada kecamatan yang rawan pangan. Terutama, kecamatan yang memiliki sawah tadah hujan. Karena itu, pemkab membangun lumbung untuk menyimpan cadangan bahan pangan.
Saat kondisi seperti itu, maka pemkab akan keluarkan gabah untuk membantu masyarakat. Sistemnya, yakni gabah pinjaman. Jadi, bila musim paceklik meminjam, nanti musim panen harus membayar lagi. "Bayarnya berbentuk gabah lagi, bukan berbentuk uang," ujarnya.
Pembangunan leuit ini, diharapkan menjadi tuntunan bagi para petani. Supaya, mereka juga bisa membangun lumbung padi. Dengan adanya lumbung padi, para petani bisa menyimpan gabahnya dengan baik. Jangan sampai, setiap panen gabah tersebut habis terjual. Sehingga, ketika musim paceklik tidak ada bahan makanan lagi.
Terkait dengan hasil produksi, Dedi menargetkan tahun ini Purwakarta surplus. Pada 2014 lalu, hasi produksinya mencapai 38 ribu ton. Tahun ini, diprediksi naik jadi 40 ribu ton.
Tak hanya hasil produksi pertanian, pihaknya juga memrediksi pada April mendatang harga pangan akan kembali normal. Menyusul sudah banyaknya daerah yang panen raya. Termasuk di Purwakarta, sampai saat ini sudah sembilan kecamatan yang memasuki musim padi.
"Harga gabahnya Rp 470 ribu per kuintal untuk kondisi basah. Serta, Rp 520 ribu per kuintal untuk kondisi kering," jelasnya.