REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Padang tidak mengalami kesulitan dalam penataan lapak pedagang di sekitar Batu Malin Kundang, Pantai Air Manis.
Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan, pada umumnya warga sangat mendukung. Namun, alasan mereka masih bertahan sangat sederhana. Menurutnya, para pedagang ingin tahu kejelasan di mana dan bagaimana usaha mereka selanjutnya.
"Pedagang tak minta macam-macam, yang penting bagaimana kita bisa memberi penjelasan tentang itikad baik pemerintah," katanya di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Ahad (15/3).
Ia menjelaskan, pemerintah harus pintar menjelaskan bahwa penataan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar objek wisata.
Anggaran untuk pembangunan lapak sendiri, lanjutnya, berkisar sekitar Rp 200 juta yang berasal dari pihak swasta.
Sementara itu, pengerukan terhadap Batu Malin Kundang yang tertimbun pasir sudah berlangsung sejak Jumat (13/3) lalu. Dengan pengerukan ini, menurutnya, dinding kapal 'si anak durhaka' yang konon dikutuk oleh ibunya menjadi batu, sudah terlihat kembali.
"Pengerukan ini dilakukan hingga kondisi kapal tersebut persis seperti semula layaknya sebuah kapal yang terdampar di muara pantai," tutur Mahyeldi. Ia menambahkan, dengan pengerukan ini, dampak yang diharapkan adalah peningkatan para wisatawan.
Sementara itu, salah satu masyarakat Pantai Air Manis, Mawan (61 tahun), kehidupan masyarakat pantai sangat bergantung dari berdagang. Sebab, profesi nelayan sudah tidak bisa dijadikan tumpuan sebagai mata pencaharian.
"Tentu pemerintah berhak mempercantik tempat kami. Kalau bagus, banyak orang datang, kami juga bisa hidup," ujarnya.