REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Balai Konservasi Borobudur dalam beberapa tahun terakhir mengurangi penggunaan bahan kimia dalam pemeliharaan Candi Borobudur untuk pelestarian lingkungan dan kenyamanan pengunjung.
Kepala Seksi Layanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur Iskandar M. Siregar mengatakan, pembersihan atau pemeliharaan candi tidak lagi memakai bahan kimia sejak tahun 2010. Menurutnya, penggunaan bahan kimia saat ini hanya untuk mengelem batu yang pecah atau retak dan perbaikan kebocoran, sedangkan untuk mengendalikan pertumbuhan lumut tidak lagi menggunakan bahan kimia.
Pembersihan atau pemeliharaan Candi Borobudur, katanya kini dilakukan manual dengan menyikat atau mencabut sehingga setiap hari petugas melakukannya secara bergiliran. Ia menuturkan, sebelumnya selalu menggunakan cairan kimia untuk menghambat pertumbuhan lumut bisa tertunda dua hingga tiga bulan.
"Kalau dulu hampir setiap tahun Candi Borobudur disemprot bahan kimia untuk membasmi lumut, namun sekarang tidak lagi digunakan," katanya.
Menurut dia dampak pemakaian bahan kimia tersebut hingga sekarang belum kelihatan, tetapi untuk lingkungan sewaktu-waktu bisa saja terjadi dampaknya. "Selain itu, untuk pekerja bahan kimia berbahaya termasuk ke batu candi. Mungkin sekarang tidak kelihatan, tetapi 100 atau 200 tahun yang akan datang bisa saja terjadi dampak tersebut," katanya.