REPUBLIKA.CO.ID, YANGON, MYANMAR -- Tim Medical Emergency Recue Committee (MER-C) telah menuntaskan misi kemanusiaan kedua mereka di Myanmar, tepatnya di Sittwe, Rakhine State, tempat konflik komunal antara Muslim Rohingya dan Buddha Rakhine pecah pada 2012 silam. Misi berlangsung selama 11 hari bulan Februari lalu.
Dengan nota diplomatik dan fasilitasi penuh dari KBRI Yangon, tim berhasil masuk ke tujuh kamp Muslim dan Budha dari sekitar 15 kamp yang ada di Sittwe.
Di sana tim melakukan berbagai misi kemanusiaan, diantaranya menyalurkan bantuan obat-obatan dan paket alat kesehatan yang diterima langsung Dinas Kesehatan Sittwe serta makanan bagi para pengungsi di dalam kamp.
Setelah tim kembali ke Yangon, MER-C menyerahkan bantuan tambahan berupa satu unit ambulans, seprei dan selimut sebanyak 200 paket. Bantuan itu diserahkan dan diterima langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Ito Sumardi untuk nantinya didistribusi oleh KBRI ke klinik dan rumah sakit.
Tidak hanya bantuan tersebut, Mer-C juga memiliki program jangka panjang. Yakni mendirikan klinik kesehatan.
Dengan bantuan dan fasilitasi penuh dari pihak KBRI Yangon, klinik kesehatan itu rencananya akan dibangun di Desa Thaykan, Minbya Township, Rakhine State, berdampingan dengan dua dari empat sekolah Indonesia di sana.
Dua klinik itu akan berfungsi memberi pelayanan kesehatan bagi para pengungsi Muslim Rohingya dan Budha Rakhine pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.
"Dan MER-C juga akan mengirim dokter secara berkala ke sana," ujar Tonggo Meaty Fransisca selaku ketua tim kemanusiaan MER-C 2 untuk Myanmar.
Menanggapi hal ini, Ito Sumardi menyatakan, rencana pembangunan klinik berdampingan dengan sekolah Indonesia di sana merupakan hal yang sangat baik. Selain dapat membantu akses pendidikan dan kesehatan bagi pengungsi dan masyarakat Myanmar pada umumnya, keberadaan klinik MER-C juga akan mempererat hubungan antara Indonesia dan Myanmar.
"Ini adalah ide yang brilian. Dan saya akan segera buat konsep klinik untuk sebagai pelengkap sekolah kita," kata Ito.
Pemerintah dalam hal ini KBRI di Myanmar, kata Ito, siap mendukung penuh program tersebut.
"Saya siap dukung 1.000 persen. Dan nanti saya sendiri yang akan datang langsung dalam peresmian atau peletakan batu pertama," kata dia.