Senin 16 Mar 2015 18:45 WIB

Putin Ungkap Alasan Rusia Aneksasi Crimea

Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: AP
Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, rencana operasi di Crimea dimulai setelah Presiden Ukraina sebelumnya, Viktor Yanukovych dikudeta. ''Kami tidak pernah berpikir untuk memutuskan Crimea dari Ukraina sampai peristiwa penggulingan pemerintah dimulai,'' kata Putin.

Ia mengulangi pernyataan Yanukovych adalah korban dari kudeta. Menurutnya, sejak saat itu Putin memerintahkan menteri pertahanan untuk mengerahkan personil pasukan khusus intelegen militer di Crimea, termasuk angkatan laut dan pasukan udara.

Ia memastikan mereka dilindungi oleh fasilitas militer Rusia. Putin mengklaim bahwa pasukannya tidak pernah lebih dari 20 ribu berdasarkan kesepakatan Black Sea Fleet. Putin juga mengakui bahwa pasukannya membantu Yanukovych melarikan diri ke Rusia.

Setelah dikudeta, Yanukovych melarikan diri dari Kiev dan muncul sekali di Kharkov, namun kemudian menghilang kembali. Putin mengatakan, pasukannya terus berhubungan dengan Yanukovych ketika di Ukraina. ''Kemudian kami membawanya ke teritorial Rusia,'' kata Putin.

Ia membela tindakannya itu juga berdasar poling tertutup pada orang-orang Crimea. Putin mengatakan, 75 persen dari mereka ingin kembali ke Rusia.

Siaran dokumenter tersebut memperingati hampir satu tahun bergabungnya Crimea dengan Rusia. Di dalamnya, ia mengatakan Rusia telah siap membawa senjata nuklirnya ke Crimea. ‘’Kami siap melakukannya,’’ katanya.

Sementara aneksasi Crimea hampir tidak berdarah sedikit pun, kini separatis pro Rusia di Ukraina Timur harus menumpahkan banyak darah untuk menjadi bagian Rusia. Satu bulan setelah aneksasi Crimea, separatis di Donetsk dan Luhansk mendeklarasikan kemerdekaan atas Ukraina.

Hal itu juga berdasar referendum. Menurut PBB, pertumpahan darah di wilayah timur telah merenggut lebih dari 6.000 nyawa.

Siaran televisi Putin tersebut membawa spekulasi baru kemana Putin. Sudah 10 hari ia tak muncul di depan publik. Pada Senin ia dijadwalkan bertemu presiden Kyrgyzstan dalam sebuah acara yang akan diliput media. Mungkin ini akan menjadi kemunculan pertamanya sejak 5 Maret lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement