REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pembangunan kawasan Teknopolis di wilayah Gedebage, Bandung, menimbulkan pro dan kontra di beberapa pihak. Terkait hal ini, Wali Kota Bandung meminta agar tidak ada pihak yang berpikiran negatif terkait proyek kawasan Teknopolis.
"Tong Su'udhon (jangan suudzon atau berprasangka negatif)," ujar Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat ditemui di Balai Kota, Selasa (17/3).
Ridwan menjelaskan pembangunan kawasan Teknopolis akan bermanfaat dalam jangka panjang sebagai tempat bermukim. Pasalnya, dalam jangka 20 tahun diperkirakan penduduk Kota Bandung akan berlipat dari 2,5 juta menjadi 4 juta penduduk. Gedebage dipilih menjadi lokasi kawasan Teknopolis karena wilayah tersebut paling memungkinkan secara tata ruang.
Ridwan menyatakan sejak dulu Gedebage memiliki Pusat Pertumbuhan Primer. Pusat Pertumbuhan Primer ini yang akan menjadi kawasan Teknopolis. Ridwan menyatakan tidak ada perbedaan antara Pusat Pertumbuhan Primer dengan Teknopolis. Dari segi linhkungan, keduanya memiliki dua danau berukuran raksasa, di mana Teknopolis memiliki danau seluas 2x30 hektare. Yang membuat Teknopolis berbeda dari Pusat Pertumbuhan Primer yang sudah ada di Gedebage ialah kawasan Teknopolis akan diinternasionalkan.
"Dulu tidak ada upaya menginternasionalkan Gedebage," lanjut pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut.
Tujuan menginternasionalkan Teknopolis ialah untuk memajukan perekonomian warga Kota Bandung. Dengan diinternasionalkannya Teknopolis, maka dengan sendirinya perekonomian akan berkwmbang di sana. Sehingga nantinya akan tercipta 400 ribu lapangan pekerjaan bagi warga Kota Bandung.
Sebelumnya, wilayah Gede Bage merupakan kawasan perumahan saja. Ridwan menilai, jika wilayah tersebut hanya menjadi kawasan perumahan tidak akan memiliki nilai tambah. Gedebage tidak akan berbeda dengan kawasan Margahayuraya dan Antapani.
"Kalau tidak diteknopoliskan, Gedebage "jadi" secara fisik tetapi tidak memberi nilai tambah. Dengan Teknopolis, tetap "jadi" fisik tetapi ada nilai tambah," jelas Ridwan.