REPUBLIKA.CO.ID, TIKRIT -- Irak berhenti menyerang Tikrit Senin (16/3) dan berharap mendapatkan bantuan serangan udara untuk melawan ISIS.
Pasukan Kurdi terdesak karena serangan gas klorin dari pihak lawan. Jendral Aziz Waisi mengatakan ISIS telah menggunakan gas klorin dua kali saat serangan Januari di Mosul dan Desember saat menyerang brigade polisi militer di pegunungan Sinjar.
Waisi mengatakan banyak polisi militer yang dibawa ke rumah sakit karena terena gas klorin dari bom yang diledakkan. "Ketika meledak, kami menyadari itu bukan asap normal karena membuat pingsan dan muntah," ujar Waisi.
Dia menolak mengatakan telah menguji sampel dari dua serangan tersebut. Organisasi yang berbasis di Belanda untuk Pelarangan Senjata Kimia mengatakan akhir pekan ini tidak ada permintaan dari Irak untuk menyelidiki senjata berbahan kimia.
Pasukan Kurdi Irak menjadi korban serangan senjata berbahan kimia saat angkatan udara Saddam Hussein membom kota Halabja pada 1988. Serangan tersebut menewaskan 5.000 orang.
Pejabat militer di Tikrit mengatakan sejak Senin pertempuran telah dihentikan. Mereka meletakkan bahan peledak di wilayah tengah kota Tikrit untuk menahan pasukan Irak.
Serangan ke Tikrit dihentikan sejak Jumat (13/3). Pasukan pemerintah telah mengusai sebagian besar Distrik Qadisiya utara serta pinggiran selatan dan barat kota Tikrit. Wakil Menteri Pertahanan Ibrahim al Lami mengatakan pihaknya membutuhkan bantuan pesawat udara untuk melawan ISIS. Namun dia menolak penyerangan hanya bisa dilakukan oleh Koalisi pimpinan AS atau pasukan Iran.