Selasa 17 Mar 2015 23:08 WIB

Seniman Semarang Nilai Trans Studio akan Matikan Budaya Lokal

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indah Wulandari
Trans Studio Bandung
Foto: travelling.setyobudianto.com
Trans Studio Bandung

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Rencana kehadiran pusat hiburan Trans Studio dikritisi kelompok seniman Kota Semarang yang tergabung di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).

“Termasuk kami, tak akan membiarkan orang- orang yang sudah mati ati (tak punya hati) mengusik TBRS,” tegas seniman Magelang Aning Purwa, saat menggelar seni rupa pertunjukan, di Bundaran Air Mancur, Jalan Pahlawan Semarang, Selasa (17/3).

Ia menggambarkan TBRS sebagai rahim budaya atau sebuah tempat yang mampu melahirkan para budayawan serta para seniman. Maka, kehadiran Trans Studio yang bakal dibangun di sekitar kawasan TBRS dinilai sebagai sebuah sikap yang merasa menguasai, jumawa dan melupakan sejarah serta budaya  lokal Semarang.

 

Kehadiran studio milik taipan Chairul Tanjung tersebut, dinilainya, bakal memutus kelahiran-kelahiran baru jiwa-jiwa murni yang kreatif di TBRS.

“Pembangunan ini bentuk kemunduran yang dianggap sebagai kemajuan,” tegas penggagas ritual Hanacaraka ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement