REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Rencana kehadiran pusat hiburan Trans Studio dikritisi kelompok seniman Kota Semarang yang tergabung di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).
“Termasuk kami, tak akan membiarkan orang- orang yang sudah mati ati (tak punya hati) mengusik TBRS,” tegas seniman Magelang Aning Purwa, saat menggelar seni rupa pertunjukan, di Bundaran Air Mancur, Jalan Pahlawan Semarang, Selasa (17/3).
Ia menggambarkan TBRS sebagai rahim budaya atau sebuah tempat yang mampu melahirkan para budayawan serta para seniman. Maka, kehadiran Trans Studio yang bakal dibangun di sekitar kawasan TBRS dinilai sebagai sebuah sikap yang merasa menguasai, jumawa dan melupakan sejarah serta budaya lokal Semarang.
Kehadiran studio milik taipan Chairul Tanjung tersebut, dinilainya, bakal memutus kelahiran-kelahiran baru jiwa-jiwa murni yang kreatif di TBRS.
“Pembangunan ini bentuk kemunduran yang dianggap sebagai kemajuan,” tegas penggagas ritual Hanacaraka ini.