Rabu 18 Mar 2015 07:55 WIB

Pengamat: Banyak Spekulan di Pasar Modal

Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar komputer di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/1). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar komputer di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/1). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Dr Joubert Maramis mengatakan spekulan di pasar modal Indonesia masih cukup banyak sehingga mempengaruhi kondisi bursa jangka pendek.

"Memang pasar modal khususnya di Indonesia, spekulan masih relatif signifikan dan mempengaruhi kondisi bursa jangka pendek," kata Joubert,di Manado, Rabu.

Joubert mengatakan namun jika kondisi emiten pada umumnya kuat atau kinerja keuangannya tinggi maka spekulan ataupun capital fly hanya akan sedikit karena investasi pasar modal berdasarkan aspek rasional atas trade off risk and return," katanya.

Dia mengatakan investor berbeda dengan spekulan. Investor cenderung menginvestasikan uangnya dalam saham, obligasi dan derivatif dalam jangka panjang dan jumlah yang relatif besar sehingga benefitnya jangka panjang.

Sedangkan spekulan, katanya, kebalikannya yaitu jangka pendek, profit taking dan relatif tidak besar per institusi atau perorang dibanding investor.

Dia menjelaskan return di pasar saham khususnya saham kan ada dua yaitu capital gain dan deviden, kalau obligasi ada coupon rate, capital gain dan maturity price.

Spekulan akan menjual menjual portofolio investasinya jika dianggap margin keuntungannya sudah melebihi dari return yang diharapkan sedangkan investor akan jual portofolionya jika emiten berkinerja jelek.

Kalau suku bunga di Amerika Serikat (AS) naik namun return yang ditawarkan lebih baik di pasar modal Indonesia lebih tinggi untuk tingkat resiko yang sama maka tidak logis dana kembali atau ditanamkan di AS.

"Memang saat ini psikologi pasar lagi menurun, kurs yang melemah, kecendrungan teejadinya inflasi dan tidak stabilnya kondisi politik membuat tingkat resiko di pasar modal Indonesia secara psikologis meningkat.

Jika peningkatkan risiko ini tidak diimbangi oleh peningkatan return, katanya, maka logis kalau dana keluar dari Indonesia, karena investor takut rugi.

Portofolio investasi di pasar modal itu tergantung tingkat risk and return serta preferensi atau perilaku atas risk dan return investor.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement